BATANG, AYOSEMARANG.COM - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang belum memiliki anggaran untuk melakukan ekskavasi (penggalian) penemuan Candi Bata yang diprediksi menjadi situs tertua di Jawa Tengah itu.
Situs Candi Bata ditemukan oleh warga Negara Prancis, Veronique de Groot bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional di Kawasan Industri Terpadu (KITB) Batang, tepatnya di Desa Sawangan Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
“Saya menunggu dari BPCB (Balai Pelestarian Caga Budaya) yang akan meninjau langsung penemuan Candi Bata besok. Siapa tahu dari BPCB ada dana ekskavasi, kita sebenarnya tidak ada anggaran,” Kata Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Batang, Afi Kusmoyorini saat di temui di Kantornya, Senin 31 Oktober 2002.
Baca Juga: Arkeolog Prancis Temukan Candi Tertua di KIT Batang, Begini Penampakannya
Ia pun berharap besar kepada BPCB agar dapat mengeluarkan anggaran ekskavasi, kalaupun tidak ada anggaran. Disdikbud Batang akan mencoba koordinasi dengan Kementarian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Saya coba ke Kementrian PUPR. Karena dulu katanya, Batang itu kota pusaka yang dianggarkan Rp 1 miliar,” ungkapnya.
Afi Kusmoyorini juga menyebutkan, penemuan situs Candi Bata ditemukan pada tahun 2019 oleh BRIN.
Karena tidak ada anggaran ekskavasi situs tersebut dihentikan.
Baca Juga: Tekan Laju Inflasi Ganjar Pranowo Instruksikan Gelar Bazar Murah, Salah Satunya di Batang
“Kalau ekskavasi butuh anggaran 200 juta. Tetapi untuk menjaga keamanan butuh dana lebih dari itu, kemarin saya konsultasikan ke BPCB dananya mencapai 400 juta. Saya juga kepingin mengejar anggaran ekskavasi dari pusat,” ungkapnya.
Untuk menjaga situ tersebut, Diadikbud Batang telah menunjuk orang untuk menjaga dan merawat cagar budaya Balai Kambang dan situ Candi Bata yang jaraknya hanya kurang dari 100 meter.
“Kita punya juru pelihara tapi untuk Balai Kambang, kita sudaah meminta Situs Candi Bata untuk dijaga. Karenaa kalau kitaa memantau setiap detik tidak bisa,” ungkapnya.