Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Makna Bulan Rajab dan Sholat Wajib Lima Waktu

photo author
- Kamis, 2 Februari 2023 | 13:52 WIB
Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Makna Bulan Rajab dan Sholat Wajib Lima Waktu (pixabay.com)
Khutbah Jumat Menyentuh Hati Tentang Makna Bulan Rajab dan Sholat Wajib Lima Waktu (pixabay.com)

Artinya: "Maha-Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (QS.Al Isra : 1).

Peristiwa itu juga dijelaskan dalam Sahih Bukhari, Juz 5, halaman 52. Nabi Muhammad SAW bertemu Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk melakukan shalat wajib lima puluh rakaat setiap hari.

Nabi menerima dan kemudian kembali pulang, dalam perjalanan Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS, Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak bisa salat lima puluh kali sehari, kata Nabi Musa, umatku membuktikannya.

Kemudian dimintalah Nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah SWT, mintalah keringanan untuk umatmu. Kemudian Nabi bertemu Allah dan permintaannya dikabulkan dengan salat sepuluh kali sehari.

Kemudian Nabi Muhammad kembali kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa mengingatkannya pada yang pertama. Nabi kembali ke hadapan Allah dua kali, dan akhirnya Allah mewajibkan shalat lima kali sehari.

Nabi muhammad kembali kepada Nabi Musa, Nabi Musa berkata bahwa umatmu tidak akan kuat, wahai Muhammad, Nabi Muhammad menjawab bahwa aku malu untuk kembali kepada Allah SWT. Saya ridho dan berserah diri kepada Allah SWT.

Jamaah Salat Jumat Rahimakumullah...

Berikut beberapa kisah yang dapat kita pelajari dari kisah Isra' Mi'raj:

Pertama, Isra' dan Mi'raj adalah hal yang nyata, karena Syariat disebutkan (sangat jelas dan tanpa keraguan) dalam Al Quran, peristiwa yang harus terjadi pasti benar, tidak ada keraguan meskipun akal manusia tidak dapat menjangkaunya.

Semua hal aneh ini terjadi untuk mencoba dan mengukur kekuatan iman mereka, karena seseorang bisa tersesat jika mengukur kebenaran hanya dengan akal.

Kita harus menghindari arus pemikiran yang hanya suka bermegah dan mengesampingkan kemahakuasaan Allah SWT.

Bukan tidak mungkin jika cara berpikir seperti itu diteruskan, maka semua ajaran agama yang bertentangan dengan akal akan tertolak dan diingkari, na'udzubillahi min dzalik. Cara berpikir seperti itu adalah sudut pandang iblis. Itu ciri khas setan

أَوَّلُ مَنْ قَاسَ الدِّيْنَ بِرَأْيِهِ

"(makhluk yang pertama kali mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri)".

Kedua, sebelum Nabi Muhammad menghadap Allah SWT (mi’raj), beliau dibedah dadanya, dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena beliau ma'shum (suci dari dosa). Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali Al Habsyi:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Akbar Hari Mukti

Sumber: Kemenag

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemenimipas Teken MoU dengan Delapan Lembaga Negara

Rabu, 19 November 2025 | 21:03 WIB
X