Menyikapi dan Mewaspadai Informasi

photo author
- Minggu, 3 April 2022 | 20:56 WIB
Gunawan Witjaksana, Dosen Ilmu Komunikasi USM dan UDINUS Semarang. (dok)
Gunawan Witjaksana, Dosen Ilmu Komunikasi USM dan UDINUS Semarang. (dok)


AYOSEMARANG.COM - Gorengan tingginya utang Indonesia di era Jokowi dipandang seksi, utamanya oleh pihak oposisi.

Sayangnya berbagai informasi yang tersebar utamanya melalui berbagai media sosial ( medsos), sarat dibumbui dengan berbagai asumsi serta opini yang dari sisi komunikasi justru menjadi disfungsional dan cenderung menyesatkan, utamanya bagi audience yang tidak melek informasi, komunikasi serta teknologinya.

Karena itu adanya pandangan yang kurang tepat yang antara lain menyebut utang Indonesia setinggi gunung, ditepi jurang, dan sejenisnya akan jadi meresahkan mereka yang iliterasi tersebut.

Terkait dengan hal itu, Guru Besar Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali menyesalkan sering dikaitkannya tingginya utang Indonesia itu dengan serbuan tenaga asing , penjualan BUMN, dan yang lainnya.

Padahal, menurutnya banyak negara lain, bahkan Arab Saudi yang kaya minyak pun memiliki utang. Demikian pula dengan Singapore yang kelihatan megah.

Baca Juga: Ibu Hamil Ukraina Korban Perang Buka Suara, Ini Ulasan Media Rusia

Bahkan, menurutnya cara- cara tersebut sudah digunakan Adollf Hitler ketika merancang kekuasaannya.

Selanjutnya Rhenald Kasali juga membandingkan Jepang yang mempunyai utang tertinggi dengan ratio utang 253 persen GDP dan Yunani 178 persen GDP.

Melihat kenyataan itu, maka utang Indonesia yang masih jauh dari angka toleransi 60 persen, serta memiliki kemampuan menyelesaikannya karena besarnya potensi , menurutnya masih jauh dari gorengan- gorengan sesat yang diharapkan menurunkan kepercayaan terhadap pemerintah sekaligus meresahkannya.

Pertanyaannya, apa yang sebaiknya disikapi masyarakat menghadapi berbagai informasi sesat yang tentu akan makin marak serta getol dilakukan semakin mendekati tahun politik 2024?

Kenyataan Vs Asumsi
Kalau misalnya ada informasi bahwa utang Indonesia lebih dari tujuh ribu triliyun rupiah di era Jokowi, kalau itu data riil berdasarkan sumber dipercaya berarti betul.

Namun ketika utang sebesar itu dianggap membuat Indonesia di tepi jurang kehancuran misalnya, hal itu sangatlah tidak tepat, karena selain posisinya masih sangat aman berdasarkan rasio utang berdasar GDP, peruntukannya serta potensi kemampuan mengembalikannya pun masih sangat tinggi.

Karena itu, gorengan informasi berdasarkan asumsi serta opini dengan tujuan tertentu di baliknyalah yang perlu diwaspadai.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Kota Semarang 2 Ramadhan 1443 H, Senin 4 April 2022

Bagi masyarakat awam, karena fungsi informasi itu adalah membuat mereka menjadi jelas atau tidak bingung, maka bila informasi serta opini tersebut justru membingungkan, sebaiknya dicarikan pembandingnya di media-media arus utama, atau ditabayunkan dengan mereka yang kita pandang memahami informasi itu secara benar dan utuh, termasuk misalnya dengan pandangan Rhenald Kasali di antaranya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Perlukah Outsourcing Dihapus?

Kamis, 8 Mei 2025 | 11:28 WIB
X