Kedua, kesulitan dalam mengingatkan para peserta didik agar menjaga jarak dengan temannya. Mereka sering tidak menyadari bahkan sengaja bergerombol dan berbincang-bincang dengan temannya tanpa menerapkan prokes sesuai aturan sekolah. Ketiga, para pendidik terkuras energinya dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Apabila di instansi tempatnya bekerja menerapkan sistem shift, berarti harus menyampaikan materi yang sama di waktu yang berbeda dan peserta didik yang berbeda. Jika menggunakan sistem blended learning maka sekolah harus menyediakan perangkat pembelajaran yang memadai untuk semua ruang kelas.
Guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengoperasikan perangkat pembelajaran karena sekaligus harus menerapkan pembelajarann daring dan luring.
Baca Juga: Hindari Mengonsumsi Makanan Ini saat Sahur dan Buka Puasa
Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan penulis, Pembelajaran Tatap Muka Terbatas masih belum efektif. Pendeknya durasi waktu untuk kegiatan pembelajaran mengakibatkan siswa kurang memiliki pemahaman terhadap materi yang disampaikan guru. Demikian halnya dengan para guru, mereka seperti kehabisan energi dalam setiap harinya karena harus berpacu dengan waktu dalam penyampaian materi pembelajaran.
Terlepas dari beberapa permasalahan di atas, pilihan untuk menerapkan Pembelajaran Tatap Muka secara penuh (100%), hendaknya bisa diwujudkan agar pendidikan seutuhnya kembali bisa dilaksanakan. Kita semua berharap agar peserta didik memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan serta karakter yang baik.***
Penulis: Winarni Rahayu, Guru Bahasa Indonesia SMA N 5 Semarang.
