AYOSEMARANG.COM -- Upaya pemerintah mempercepat transisi energi bersih mendapat dukungan penting dari dunia akademik. Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah mengembangkan inovasi strategis bertajuk Smart Battery Management System (SBMS) Berbasis Cloud Native dan Edge Device, yang kini menjadi sorotan nasional.
Inovasi tersebut dikaji secara mendalam oleh Tim Pakar Universitas Semarang (USM) dalam kegiatan Pra-Studi Kelayakan Produk Riset Perguruan Tinggi yang termasuk dalam Program Dorongan Teknologi 2025.
Kegiatan ini berlangsung dua hari, pada 27–28 Oktober 2025 di Fakultas Teknik Industri ITB, dan dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, M.T. Tim tersebut melibatkan empat pakar multidisiplin, yaitu Dr. Ir. Andi Kurniawan Nugroho, ST, MT, IPM (bidang teknis), Dr. Any Setyarini, SE, MM (pasar dan model bisnis), Dr. Ardiani Ika Sulistyawati, SE, MM, Ak, CA, CPA (keuangan dan risiko), serta Dr. Agus Saiful Abib, SH, MH (regulasi).
Pada hari pertama, Senin (27/10), Tim Pakar menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama PT Pertamina (Persero) sebagai mitra strategis ITB dalam pengembangan ekosistem energi bersih.
Diskusi tersebut membahas potensi integrasi SBMS ke dalam sistem penyimpanan energi nasional, termasuk penerapan di stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKLU) dan sistem penyimpanan tenaga surya.
"SBMS ini bukan sekadar alat monitoring baterai. Ini adalah ‘otak’ yang menjaga efisiensi, keamanan, dan umur pakai baterai baik di kendaraan listrik maupun di sistem penyimpanan stasioner," ujar Prof. Edi Leksono, saat memaparkan arsitektur sistem yang menggabungkan edge computing untuk respons cepat dan cloud-native platform untuk skalabilitas dan analisis jangka panjang.
Evaluasi Prototipe dan Potensi Komersialisasi
Pada hari kedua, Selasa (28/10), tim melakukan kunjungan ke Universitas Telkom, tempat prototipe SBMS dipamerkan dalam bentuk sistem nyata yang terhubung dengan modul baterai lithium-ion.
Menurut Prof. Mudjiastuti, melalui workshop interaktif, tim mengevaluasi Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT), keandalan sistem, serta potensi komersialisasi di sektor transportasi, energi terbarukan, dan industri manufaktur.
SBMS dirancang untuk memantau kondisi baterai secara real-time, mulai dari tegangan, arus, suhu, hingga state-of-charge (SoC) dan state-of-health (SoH) dengan tingkat akurasi tinggi.
"Sistem ini juga mampu memprediksi potensi kegagalan, mengoptimalkan pengisian/pelepasan daya, dan mencegah thermal runaway yang berisiko menyebabkan kebakaran," ungkapnya.
Pendekatan Hybrid Cloud-Edge Jadi Pembeda
Dia menambahkan, keunggulan utama SBMS dibanding sistem konvensional adalah pendekatan hybrid cloud-edge, yang memungkinkan pengambilan keputusan cepat di perangkat edge saat terjadi kondisi kritis, serta analisis data mendalam di cloud untuk perawatan preventif dan prediksi jangka panjang.
Prof. Mudji menjelaskan, hasil kajian Tim Pakar akan menjadi dasar rekomendasi kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenai pendanaan lanjutan, kemitraan industri, dan kebijakan regulasi pendukung.