AYOSEMARANG.COM -- Menurut Kemendikbud, kekerasan seksual adalah perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender.
Kekerasan seksual mengakibatkan penderitaan psikis dan/atau fisik, termasuk gangguan kesehatan reproduksi dan kehilangan kesempatan dalam melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal.
Bentuk kekerasan seksual pada anak adalah segala tindakan yang mencakup pelecehan dan kekerasan pada anak di bawah umur. Ada bermacam bentuk kekerasan seksual yang bisa terjadi pada anak, yaitu: Eksibisionisme, atau mengekspos alat kelamin sendiri kepada anak di bawah umur
Baca Juga: 3 Jenis Inner Voice atau Suara Hati dalam Diri Manusia
Ada 4 tips penting dalam memberikan edukasi agar anak terhindar dari pelecehan dan kekerasan seksual. Hal ini dapat dimulai sejak usia 3 atau 4 tahun, saat mereka mulai mengenal lingkungan sekitar.
Pada masa tersebut, anak sudah bisa memahami bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengajarkannya cara melindungi diri dari pelecehan seksual.
1. Mengenalkan Otoritas Tubuh
Otoritas tubuh merupakan suatu kuasa atas tubuh sendiri. Ayah dan Bunda bisa mengajarkan tentang area tubuh anak yang mana saja yang tidak boleh disentuh sama sekali oleh orang lain, kecuali ketika berada dalam penanganan medis.
Tak lupa ajarkan juga pada anak bahwa siapapun, termasuk orang tua, tidak boleh menyentuh bagian-bagian tertentu pada tubuh mereka tanpa izin. Seperti menyentuh area dada, bokong, alat kelamin, maupun bibir.
Dengan menjelaskan otoritas tubuh, anak bisa melindungi dirinya dari risiko pelecehan dan kekerasan seksual. Anak pun dapat memahami bahwa mereka berhak menolak hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman.
2. Mengajarkan Anatomi Tubuh
Banyak orang tua yang menggunakan istilah lain untuk menyebut anggota tubuh yang dianggap tabu. Seperti “burung” untuk alat kelamin laki-laki, atau “gunung” untuk payudara. Padahal, sebenarnya cara tersebut tidaklah baik.
Orang tua hendaknya mengajarkan anak untuk menyebut area sensitif mereka sesuai dengan nama yang sebenarnya.