SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Suatu hari di bulan Juni 2023, PSIS sudah beberapa jam menjalani latihan pagi di Lapangan Wisesa Mranggen. Mendadak sebuah mobil datang dengan satu pemain asing di dalamnya. Begitu turun mobil dia langsung buru-buru pakai sepatu.
Pemain asing yang telat latihan tadi adalah Boubakary Diarra. Hal yang tak seharusnya dilakukan pegawai baru. Bisa dikatakan Diarra telat di hari pertamanya kerja begitu direkrut dari Malta. Namun kelak, Diarra mengonfirmasi.
"Saya masih tidur. Tidak ada satupun yang mengabari saya kalau latihan. Bahkan saya juga belum masuk grup WA," ungkap Diarra saat saya temui belakangan ini dengan penuh gerutu. Padahal waktu itu dia juga serumah dengan Gali Freitas, namun wonderkid Timor Leste itu tidak membangunkannya.
Namun kecanggungan kecil itu lewat begitu saja. Beberapa hari setelahnya, Diarra mengejutkan rekan-rekannya ketika latihan di Lapangan Mardi Sunarto Banyumanik. Pelatih Fisik PSIS waktu itu Alex Aldha menggembleng para pemain dalam latihan VO2Max.
Pemain-pemain lain yang malas-malasan latihan endurance gugur di interval-interval awal. Namun ada dua pemain yang masih bertahan yakni Tri Setiawan dan Boubakary Diarra. Baik Diarra maupun Tri tampaknya sama-sama lelah, namun dua pemain ini pegawai baru, antara gengsi atau mau unjuk gigi tampaknya beda tipis, maka mereka terus berlari.
Pada akhirnya, Tri menepi. Diarra masih bertahan dengan napas kudanya. Ketika yang lain sudah leha-leha duduk mengambil napas dan Tri Setiawan juga ngos-ngosan, Diarra seperti punya mesin di dadanya.
Beberapa waktu selang latihan itu, Diarra dimanfaatkan betul oleh eks pelatih Laskar Mahesa Jenar Gilbert Agius ketika kompetisi sudah berjalan.
Boubakary Diarra datang ketika PSIS Semarang sedang bagus-bagusnya. Suporter masih rajin datang ke stadion manajemen masih baik-baik saja dan partner mainnya oke di segala lini.
Di musim 2023/2024, di tahun pertamanya datang, Gilbert menaruh Diara di tengah bersama Dewangga untuk membentuk dobel pivot. Diarra yang punya napas kuda bertugas memburu playmaker lawan, sedangkan Dewa lebih covering area.
Dari gaya rambut kepalanya dan style membawa bola, banyak yang menyebut Diarra mirip Paul Pogba. Namun menurut saya, gaya permainannya tidak mirip. Diarra tidak hobi long pass dan melepaskan umpan-umpan kunci. Diarra ya Diarra, dia bermain pakai tenaga untuk mendistribusikan bola ke berbagai penjuru lapangan. Diarra adalah tipe pemain yang tidak akan passing kalau rekannya tidak benar-benar leluasa untuk menerima bola.
Diarra juga tipe pemain yang tidak berani mengambil risiko. Passingnya bola-bola aman, bahkan dia tidak pernah melepaskan bola long.
Dalam menjaga lawan pun, Diarra tidak pernah ambil dengan keras. Dia ambil dengan sopan atau tertuju pada bola. Hal itu bisa dibuktikan dalam catatannya, bahwa selama bermain di PSIS, Diarra tidak pernah absen karena kartu kuning. Bahkan juga kartu merah.