Boubakary Diarra, Si Pemalu yang Jadi Dinamo PSIS Semarang

photo author
- Kamis, 29 Mei 2025 | 13:25 WIB
Eks pemain PSIS Semarang Boubakary Diarra saat masih bermain. Diarra jadi dinamo PSIS. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Eks pemain PSIS Semarang Boubakary Diarra saat masih bermain. Diarra jadi dinamo PSIS. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Boubakary Diarra saat bermain melawan Bali United di musim ini. Diarra jadi pemain penting di lini tengah PSIS selama dua musim. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Boubakary Diarra saat bermain melawan Bali United di musim ini. Diarra jadi pemain penting di lini tengah PSIS selama dua musim. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Gaya permainan Diarra ini sebetulnya cocok untuk filosofi Gilbert Agius yang mengandalkan build up. Seperti diketahui, di musim 2023/2024 lalu, banyak yang menyoroti gaya permainan tim Gilbert Agius yang cukup modern di Liga Indonesia. Diarra memang bukan playmaker seperti Ze Valente di Persik Kediri, atau Jonathan Cantillana di beberapa tahun lalu yang pernah mengisi lini tengah PSIS, bahkan bukan juga Ronald Fagundez yang pernah memukau Jatidiri dengan sihir kaki kirinya. Namun ibarat mesin, dalam permainan PSIS-nya Gilbert waktu itu, Diarra adalah komponen paling penting atau dinamo penggerak.

Baca Juga: Ingin Usaha Maju Tapi Terkendala Modal? KUR BRI 2025 Solusinya! Ini Syarat dan Cara Ajukannya

Ketika Diarra absen, atau diganti, PSIS goyah. Dewangga tentu tak punya kapasitas napas untuk menanggung beratnya lini tengah. Pelapisnya Tri Setiawan juga belum matang. Maka bisa dikatakan, Diarra seperti Michael Carrick di Manchester United atau Ambrosini di AC Milan, penjaga lini tengah yang senyap tapi sebetulnya memegang banyak peran.

Di sosmed dia juga kalah populer dari Dewangga, tapi tanpa Diarra, Dewangga tidak bisa leluasa sapu bersih bola dan berulang kali mengelabui wasit dengan pura-pura jatuh sehingga bikin terpukau "cewek-cewek fansnya Mas Dewok" di luar sana.

Dengan adanya Diarra, alhasil membuat PSIS tangguh. Laskar Mahesa Jenar bahkan menghangatkan papan atas di awal musim. Meskipun akhirnya hanya finish di peringkat 6, hasil ini jadi torehan terbaik PSIS selama di Liga 1.

SEBELUM mendarat di Semarang, Diarra bermain di Liga Malta bersama klub Mosta FC. Dia memang lahir di Prancis namun punya darah Mali. Diarra pun pernah memperkuat Timnas Mali.

Masa muda Diarra sebagai sepakbola dibina di Italia, tepatnya di Akademi Sepakbola Torino. Setelah itu, Diarra melalang buana di Eropa, atau tepatnya di Portugal. Kurang lebih dia di sana selama empat tahun, sampai kemudian di pertengahan tahun 2023, tawaran datang dari Indonesia dari sebuah klub bernama PSIS Semarang.

Baca Juga: Nasib PSIS Semakin Gelap: Yoyok Sukawi Nyerah dan Cari Investor Baru, Junianto Sudah Tak Berminat

"Saya langsung cari-cari info soal PSIS dan kebetulan ada teman saya dulu waktu main di Liga Portugal yakni Vitinho," kata Diarra.

Saat cari-cari tadi, Diarra layaknya pemain-pemain asing yang datang ke Indonesia, terpukau dengan atmosfer suporter. PSIS memang punya basis massa suporter yang besar dengan dibelah menjadi dua kelompok, Panser Biru dan Snex.

Setelah bermain di Eropa dengan segelintir penonton, Diarra ingin bermain bola di hadapan ribuan orang. Diarra ingin bermain dengan dikepung suporter lalu diteriaki berbagai nyanyian-nyanyian. Dengan bermain seperti itu, Diarra merasa mimpinya sebagai pemain bola-benar-benar akan terwujud.

"Lagipula, harganya juga cocok," sambungnya. Akhirnya terbanglah dia dari Prancis ke Semarang.

Saya kenal Diarra sebagai sosok yang pemalu, sama seperti karakter permainannya yang tidak mau mengambil risiko dan serba hati-hati.

Di awal-awal kedatangannya, dia menolak diwawancara karena ngakunya tidak bisa bahasa Inggris. Tapi setelah saya ajak komunikasi secara perlahan, Diarra akhinya terbuka. Mungkin dia akhirnya pede setelah tahu lawan bicaranya ternyata nggak pintar-pintar amat juga dalam bahasa Inggris.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X