(POKOKMEN PSIS) Kisah Ribut Waidi Part 2: Cerita di Balik Patung Menggiring Bola di Jatingaleh

- Rabu, 19 Januari 2022 | 18:39 WIB
Patung Ribut Waidi di Jatingaleh. Peletakan patung ini diharapkan memotivasi sebelum masuk Gelanggang Olahraga Jatidiri. ( Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Patung Ribut Waidi di Jatingaleh. Peletakan patung ini diharapkan memotivasi sebelum masuk Gelanggang Olahraga Jatidiri. ( Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)



SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM - Jika melintas di sekitar underpass Jatingaleh dan berbelok ke arah Stadion Jatidiri, pasti akan melewati patung Ribut Waidi.

Patung Ribut Waidi itu didirikan pada 2003 sebagai penghormatan sekaligus memberi semangat bagi siapa pun yang akan masuk ke Kompleks Jatidiri.

Dibuatnya Patung Ribut Waidi itu artinya sebagai penanda bahwa orang tersebut bukan biasa-biasa saja. Pasalnya jika sampai ada orang yang dibuatkan patung berarti dia memiliki jasa besar.

Baca Juga: Tinjau PTM, Bupati Dico Minta Perkuat Testing untuk Cegah Klaster Sekolah

Anggapan itu tentu saja tidak keliru untuk Ribut Waidi. Pria asli Pati yang identik dengan nomor 10 itu dibuatkan patung karena jasanya pada PSIS Semarang pada tahun 1987.

Kemudian di tahun yang sama juga Ribut jadi pahlawan bagi Timnas Indonesia dengan satu golnya ke gawang Malaysia pada perhelatan SEA Games 1987.

Jika dilihat, patung Ribut Waidi tampak sedang menggiring bola. Tapi memang ternyata, momen menggiring bola itu sangat merepresentasikan Ribut.

Banyak orang yang bilang jika dribling Ribut Waidi punya keunikan tersendiri. Bahkan, pemain yang biasa beroperasi di sektor sayap kanan ini mendobrak teknik dribling yang sudah ada.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Hari Ini Rp 14.000 Tapi Pembeliannya Dibatasi, Netizen Jelaskan Hitung-hitungan Cerdas Ini

Soal dribling Ribut Waidi juga diungkapkan oleh wartawan senior Kota Semarang yakni Amir Machmud NS saat dihubungi pada Rabu 19 Januari 2022.

Amir berkata jika Ribut Waidi adalah pemain alam yang muncul bukan dari proses pembinaan yang sistematis. Dia datang dari Trangkil, Pati dan berkembang di Semarang.

"Dia spesialis sayap kanan yang cepat, punya drible yang lengket dan berani," ucap ketua PWI Jateng tersebut.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Terjadi Hingga 22 Januari 2022, BMKG Semarang Sebut Bisa Berpotensi Bencana Alam

Testimoni tentang dribling Ribut juga diungkapkan oleh rekan setimnya saat bermaimn dulu yakni Agus Santoso.

Agus menyebut dribiling Ribut Waidi begitu mematikan dan mengandalkan speed. Siapa pun pemain belakang pasti akan tunggang langgang untuk menghadangnya.

"Kalau teman-teman nyebut, giringannya Ribut itu sebagai Gocekan Alam," ucapnya.

Baca Juga: Jeda FIFA Matchday, Dragan Evaluasi Kekurangan PSIS Semarang

Sementara hal yang sama juga disampaikan oleh pemain belakang PSIS Semarang di tahun 1987, Yuli Setyabudi.

Yuli berkata jika dribling Ribut Waidi membuat PSIS di tahun 1987 ditakuti banyak lawan. Bahkan meskipun di lapangan becek, Ribut cukup piawai mengolah bola.

"Ribut andalan kami di tahun itu. Pasti dia yang paling diincar," tambahnya.

Sebagai pemain belakang, Yuli tentu sering berhadapan dengan Ribut Waidi saat latihan. Namun dia mengaku tidak bisa dengan mudah ditipu Ribut sebagaimana mengelabui lawan-lawannya saat bermain.

Baca Juga: Putri Tanjung Blak-blakan Jumlah Uang di ATM, Nominalnya Bikin Warganet Ngenes

"Saya sudah kenal Ribut, jadi saya sudah paham bagaimana dia bergerak," terang Yuli.

Giringan Ribut Waidi diabadikan jadi patung dan diharapkan jadi inspirasi saat hendak masuk ke Stadion Jatidiri.

Pria dengan giringan fantastis atau yang Agus Santoso sebut sebagai gocekan alam tadi wafat pada 3 Juni 2022. ***

Editor: Budi Cahyono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X