SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Embung Patemon Semarang yang berada di Kampung Sriging RT 01 RW 01 Kecamatan Gunungpati, Kelurahan Patemon, dalam beberapa waktu tahun terakhir jadi pusat kegiatan masyarakat sekitar dan membantu pengairan.
Namun belakangan ini di tengah musim kemarau, Embung Patemon Semarang dinilai masyarakat kurang bisa membantu secara optimal.
Kurang optimalnya Embug Patemon Semarang ini disampaikan oleh Lurah Patemon M Khosim.
Baca Juga: Marak Kekerasan di Satuan Pendidikan, Disdikbud Batang Bentuk Satgas Pencegahan
Kata Khosim keberadaan Embung Patemon dinilai kurang optimal dalam membantu masyarakat di musim kemarau ini.
Dia melanjutkan, keberadaan Embung Patemon awalnya memang dibangun untuk membantu irigasi dan kekeringan namun belakangan fungsi itu kurang tercapai.
"Saat ini memang sedang kering dan sulit air. Debit airnya tidak tercapai untuk mengairi irigasi. Kata warga sudah agak lama," paparnya saat ditemui, Rabu (4/10/20203).
Baca Juga: Tidak Ingin Pulang dengan Tangan Kosong, CEO PSIS Semarang Titip Tugas ke Wahyu Prast
Lebih lanjut Khosim menuturkan Embung Patemon dibangun pada 2016.
Awalnya masyarakat mengusulkan pembangunan embung ini untuk keterbatasan air terutama di musim kemarau.
"Masyarakat berinisiatif mengajukan Permohonan untuk dibangunkan embung di lokasi tanah Pemerintah Kota Semarang (eks Bengkok). Permohonan tersebut terealisasi melalui APBN 2016 yang dilaksanakan BBWS Provinsi Jawa Tengah," ungkap Khosim.
Baca Juga: Wilayah Krisis Air Bersih Meluas, Intensifkan Droping Air di Wilayah Atas
Saat dibangun, kata Khosim luasnya sekitar setengah hektar atau 5.000 meter. Lalu dihimpun dari berbagai sumber pembangunan embung ini menghabiskan dana miliaran.
Dengan dibangunnya embung tersebut, cadangan air itu harapnya masih tersedia pada musim kemarau dan dapat digunakan menyirami tanaman di perkebunan sekitar.