"Sehingga pertanian berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Khosim.
Namun, lanjutnya, tujuan itu tidak begitu tercapai.
Pasalnya apabila musim kemarau seperti ini juga harus menanti kiriman air dari atas.
"Kalau dari embung dikosongkan atau diambil airnya mungkin dikhawatirkan bisa merusak," kata Khosim.
Baca Juga: Cara Bikin Burung Perkutut Jadi Super Gacor Ini Sangat Ampuh Tapi Tidak Direkomendasikan, Mau Coba?
Meski dalam pengelolaan BBWS, pihak kelurahan sejauh ini berupaya ikut mengguyubkan embung misalnya menghias mural dan ikut merancang wisata tambahan di dekat embung.
"Ya biasanya ada orang-orang mancing, jogging dan nyore biasa saja. Selebihnya ya hanya sekadar begini saja," terang Khosim.
Sementara dari penjaga Embung Patemon, Santoso membenarkan soal tidak optimalnya embung dalam memberikan pengairan bagi warga tidak optimal.
"Debit airnya berada di bawah pipa-pipa penyalur, jadi nggak bisa maksimal. Faktor alam juga ini tidak bisa disalahkan," jelasnya.
Lebih jelas, Santoso menerangkan jika embung ini mendapat air dari berbagai sumber sungai-sungai seperti sumur jurang, Mangunsari, Pakintelan, dan Muntal.
Setelah mendapat dari sungai-sungai tadi, air ditampung terlebih dahulu sebelum disalurkan ke embung.
Setelah dari embung, di saat waktu normal, air kemudian baru disalurkan ke saluran-saluran irigasi dan sodetan.
"Embung ini punya daya tampung 1500 meter kubik. Saat ini ya naik turun," kata Santoso.
Kemudian tepat di bawah embung tersebut terdapat seorang warga bernama Muhammad Nur Shodiq yang memiliki kolam ikan.