SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda membawa bangsa Indonesia pada sebuah permenungan: apakah spirit persatuan masih hidup dan dihidupi dalam setiap tarikan nafas anak bangsa ini?.
“Gereja Kebondalem harus berani membuka pintu dan jendela. Mari kita nikmati betapa indahnya perbedaan. Kita rasakan betapa Indonesia demikian kaya dan menunggu generasi muda untuk memberikan sentuhan agar keindahan dan kekayaan itu semakin mendunia,” ungkap Rm Yustinus Slamet Witokaryono Pr, Pastor Paroki Kebondalem saat membuka Gelar Budaya Paroki Kebondalem 2023.
Kegiatan gelar budaya ini diadakan pada hari Sabtu, 28 Oktober 2023. Setelah dibuka dengan Perayaan Ekaristi di Gereja St. Franciscus Xaverius Kebondalem, acara dilanjutkan dengan pentas budaya. Pentas budaya ini diadakan di halaman gedung pastoral paroki.
Baca Juga: Wisata Glamping Wonosobo View Super Indah Serasa di Negeri Dongeng!
Tema yang diangkat adalah Aksata: Aksa Muda Tunas Budaya Bangsa. “Kami memilih tema Aksata. Kata ini berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti tidak pernah putus atau berkesinambungan. Sedangkan, tagar “Aksa Muda Tunas Budaya Bangsa” berarti kaum muda menjadi sumbu atau poros dalam pelestarian budaya Indonesia. Kaum muda harus senantiasa dipupuk sehingga kelak dapat berbuah bagi kelestarian dan kemajuan budaya Indonesia” tutur Graciela Marcellina, Ketua Panitia Gelar Budaya Paroki Kebondalem.
Uniknya, para tokoh agama juga dihadirkan dalam acara ini. “Kehadiran para tokoh agama adalah bentuk kesadaran bahwa kami perlu bergandengan tangan dan berjalan bersama-sama untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa ini. Indonesia yang kaya akan suku, budaya, dan agama harus memiliki roh dan semangat yang sama,” imbuh Grace.
Para Tokoh agama memberikan orasi singkat mengenai harapan untuk kaum muda dan bangsa Indonesia. Para tokoh yang hadir adalah Ustadz Riyanto, S.Ag (Sekretaris FKUB Semarang Timur), Pendeta Stefanus Wawan Setiawan, S.Th., M.Si (GKJ Genuk: Kristen), Bapak Bryan Hadisurya (Kong Hu Cu), dan Rm. FX Sugiyana Pr (Vikaris Episkopal Kevikepan Semarang: Katolik).
Selain tokoh-tokoh agama, Walikota Semarang juga berkenan memberikan sambutan tertulis. Dalam sambutannya, Ibu Ir. Hj. Hevearita G. Rahayu, M.Sos mengajak generasi muda untuk menjadikan momentum peringatan Sumpah Pemuda ke-95 sebagai momentum membangkitkan semangat kolaborasi dalam memajukan negeri.
“Kita sepakat, kala itu para pemuda meskipun berbeda-beda tetapi mereka sepakat melebur menjadi satu. Peleburan itu menjadikan pemuda dalam bergotong royong dalam upaya-upaya mengusir para penjajah dari bumi nusantara”.
Generasi muda memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dan mengisi semangat ini. Ibu Walikota juga memberikan peringatan kepada generasi muda, “Melalui gelar budaya ini, mengingatkan kita kalau bangsa Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan. Perbedaan bisa menjadi sebuah rahmat atau musibah jika kita tidak memanage dengan baik. Dengan kesadaran penuh bahwa masyarakat Indonesia berbeda-beda akan menumbuhkan sikap toleras atau bahasa sekarang adalah sikap moderat”.
Baca Juga: Apa Arti Emoji Rasengan? Viral di FB dan TikTok, Begini Cara Pakainya
Gelar budaya dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ini menampilkan berbagai komunitas budaya dan agama. Para penampil dalam acara gelar budaya ini adalah Komunitas Kalimantan Barat menampilkan alunan musik Sape, komunitas Nusa Tenggara Timur dari mahasiwa-mahasiswi Unika, komunitas Keroncong Tirta Wening dan Kidung Semesta Choir, Ardo dan Regina, Bambang and Friend, dan Black Nocturne Dance. Selain itu, kolaborasi seni hadroh dan tarian sufi disuguhkan oleh Pondok Pesantren Roudhotus Sholihin.
Sebagai penutup acara, grup musik Pagi Boeta menampilkan lagu-lagu yang kocak untuk menghibur dan membangkitan semangat para penonton yang hadir. Mereka tidak hanya bernyanyi tetapi turut serta membangkitan semangat generasi muda untuk terus mencintai Indonesia. ***