KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Tingginya harga gabah pada musim tanam kedua kemarin, memicu naiknya biaya produksi. Mulai dari harga bibit yang ikut naik, juga biaya lainnya seperti sewa lahan hingga upah pekerja.
Petani hanya berharap dengan kenaikan biaya produksi ini, hasil panen yang akan datang minimal sama dengan musim tanam kemarin yang tinggi.
Petani di Desa Dempelrejo, Kecamatan Ngampel, Supratman, mengatakan bahwa biaya-biaya lain ikut naik, sementara untuk harga panen nanti belum menentu.
Baca Juga: Tumbuhkan Semangat Perjuangan Bahurekso di Kalangan Milenial
Hal ini lantaran harga panen selalu tidak menentu, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
“Sekarang semuanya naik, tetapi petani belum tahu nanti hasil panennya laku tinggi tidak. Petani berharap minimal sama dengan yang kemarin harga gabah tinggi,” ujarnya saat ditemui, Minggu 12 November 2023.
Dikatakan harga sewa lahan untuk satu tahun sekarang naik menjadi Rp21 juta per bahu, dari sebelumnya Rp20 juta.
Lahan sawah yang disewa Supratman seluas hampir setengah bahu, naik dari Rp8 juta menjadi Rp8,5 juta.
Baca Juga: Siapkan Barung Putra-Putri untuk Maju Tingkat Kabupaten Kendal
“Untuk bibit gabah yang semula Rp60 ribu pun naik menjadi Rp65 ribu per paket. Sewa traktor yang dua tahun lalu sebesar Rp250 ribu, mulai tahun kemarin sudah naik menjadi Rp275 ribu. Sedangkan upah pekerja yang semula Rp 100 ribu naik menjadi Rp 110 ribu per hari,” terangnya.
Supratman berharap subsidi pupuk urea perlu ditambah, sedangkan untuk pupuk Za yang sudah tidak bersubsidi lagi supaya dikembalikan lagi ada subsidi. Pemberian subsidi ini agar bisa mengimbangi naiknya biaya-biaya lain.
“Petani berharap pupuk bisa lebih murah dan disubsidi lagi, jadi bisa menekan biaya produksi,” pungkasnya.(*)