Mampir ke Eks Pabrik Margo Redjo: Sisa Kejayaan Brand Kopi Tua Legendaris di Semarang, Warisan yang Terus Dirawat

photo author
- Jumat, 19 Januari 2024 | 13:27 WIB
Eks pabrik kopi tua legendaris di Semarang yang bernama Margo Redjo. Bekas pabrik ini terus disulap menjadi semacam museum.  ((Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa))
Eks pabrik kopi tua legendaris di Semarang yang bernama Margo Redjo. Bekas pabrik ini terus disulap menjadi semacam museum. ((Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa))

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Saat disambangi di Dharma Boetique Rostery, Widayat Basuki Dharmowiyono (59) masih teguh dengan mimpinya, yakni ingin mengubah pabrik kopi tuanya di belakang rumah menjadi sebuah museum atau semacam working space untuk bikin kegiatan yang bermanfaat.

Mimpi Basuki tadi memang sudah dia munculkan sejak beberapa tahun silam. Sebagai generasi ketiga dari warisan brand kopi legendaris Margo Redjo--yang pernah gemilang di era kolonial--dia ingin membuat Dharma Boetiqe Rostery yang berlokasi di Jalan Wotgandul 12 tidak hanya sekadar tempat jual beli kopi saja.

Lantas saat bertamu pada Selasa 17 Januari 2024, Basuki kembali mengajak ke halaman belakang untuk menuju bekas pabrik kopinya.

Baca Juga: Jembatan Kaca Tinjomoyo Semarang Sudah Jadi Tapi Belum Diresmikan Mbak Ita, Ini Alasannya

Ternyata Basuki konsisten dengan mimpinya. Pabrik itu sudah berbeda dari beberapa tahun lalu.

Sebagaimana mimpinya, pabrik dengan berbagai perkakas mesin tua pembuat kopi itu sudah tertata dengan rapi. Biar lebih terasa seperti museum, dia memberikan lampu penerangan yang menyorot langsung ke mesin-mesin yang berkarat tersebut.

Basuki mengakui, tampilan display pabrik museumnya saat ini memang belum sempurna, bahkan masih alakadarnya dari apa yang dia bayang-bayangkan.

"Tapi setidaknya saya sudah mulai dulu," sambungnya.

Baca Juga: Detik-detik Kecelakaan Pemotor Terjun dari Flyover Tanjung Emas Semarang, Tabrak Drum Beton

Basuki lalu bercerita banyak mengenai pabrik tuanya. Pabrik ini merupakan bekas tempat produksi kopi turun-temurun milik keluarga Basuki yakni , “Margo Redjo”. Dulu namanya adalah “Koffiebranderij Margo-Redjo”. Didirikan oleh kakek Basuki yakni Tan Tiong Ie pada 1916.

Begitu masuk, Basuki menerangkan ada dua bagian ruangan. Ruangan pertama adalah ketika masa pembuatan kopi sudah berkembang. Namun yang paling dalam adalah yang paling kuno.

“Ini ada dua sisi ruangan. Yang paling dalam usianya lebih tua,” jelas Safar.

Di sana ada alat pengolah biji kopi, seperti pengupas biji kopi, sangrai pembakaran dan juga penggiling.

Baca Juga: Gelombang Dukungan Prabowo-Gibran: Ratusan Mahasiswa Jateng Berkumpul di Semarang Mendukung Pilpres 2024 Sekali Putaran

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Oriza Shavira Arifina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X