Kisah Misterius Slompret Kematian di Semarang, Jadi Pertanda Ada Berita Duka di Kampung

photo author
- Rabu, 20 Maret 2024 | 12:45 WIB
slompret kematian yang dipegang oleh salah seorang warga Kampung Kentangan Semarang. Slompret ini untuk mengabarkan jika ada orang yang meninggal. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
slompret kematian yang dipegang oleh salah seorang warga Kampung Kentangan Semarang. Slompret ini untuk mengabarkan jika ada orang yang meninggal. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - "Suatu waktu kotak penyimpan suara slompret itu berbunyi. Klotak-klotak, berirama. Kakek bilang, nggak lama lagi bakal ada yang mati," ujar Daffa (45), warga Kampung Kentangan Semarang saat cerita mengenai kenangannya pada slompret kematian, Selasa 19 Maret 2024.

Kakek Daffa adalah seorang muadzin di kampung Kentangan Semarang. Selain bertugas mengumandangkan adzan, ketika ada momen-momen keagamaan kakeknya jadi sosok yang diandalkan.

Begitupula dengan kematian, untuk itulah oleh warga kampung kakeknya dipercaya menyimpan seperangkat perkakas lelayu yang salah satunya berisi slompret kematian.

Baca Juga: Viral Aksi Kekerasan Pria kepada Wanita di Semarang, Pihak Keluarga Minta Polisi Tangkap Pelaku

Kata Daffa, yang kembali menggali jauh ingatannya di tahun 80-an ketika masih belia, slompret kematian itu dulu disimpan di sebuah peti dengan kain hijau, kuning dan hitam di bawah tangga rumahnya. Kain hijau untuk penutup keranda, kuning untuk penanda orang meninggal dan hitam untuk penutup pemandian jenazah.

Ketika ada orang yang meninggal, slompret itu ditiup keliling kampung. Tanpa diberi tahu, warga langsung paham bahwa bunyi melengking yang menyebar di seluruh lorong-lorong kampung itu adalah kabar kematian.

Saat masih disimpan di rumahnya, pertanda kematian orang dengan suara misterius itu dinilai tidak wajar bagi keluarganya. Ibu Daffa bahkan pernah langsung mengambil tindakan saat Daffa mengetahui bunyi slompret tersebut.

"Saya langsung digotong lalu dilaburi kunir. Biar nggak sawanan (kesurupan)," ungkapnya.

Baca Juga: Maling Spesialis Kotak Amal di Gunungpati Semarang Diringkus Polisi, Aksi Terakhir Apes Kepergok Warga

Kakek Daffa juga pernah bercerita, bahwa slompret itu merupakan gambaran dari terompet sangkakala yang ditiup malaikat Israfil sebagai penanda datangnya kiamat.

"Bedanya kalau di sini adalah kiamat kecil saat meninggal dunia," sambungnya.

Memasuki tahun 90-an, kakeknya wafat. Nenek dan ibu Daffa sepakat tidak ingin terus menyimpan slompret itu. Alhasil slompret beserta kotak perkakas kematian itu diserahkan kepada warga.

Sebagaimana gambaran di atas tadi, slompret adalah terompet yang dibunyikan saat ada orang meninggal. Kebiasaan ini sudah menjadi tradisi khususnya di kampung-kampung tua Semarang.

Usai berpindah penjaga, Daffa juga cerita, suara-suara pertanda kematian itu masih berbunyi. Hingga tahun-tahun terlewat, slompret kematian itu sempat rusak dan diganti dengan yang baru dan lebih kecil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X