AYOSEMARANG.COM -- Hujan badai yang melanda Desa Gedong, Banyubiru Kabupaten Semarang tiga hari berturut-turut akhirnya menumbangkan sebuah pohon berusia tua.
Pohon salam setinggi 30 meter dengan garis tengah 3 meter itu memiliki kesan tersendiri bagi warga desa serempat.
Sebab selain menjadi saksi siapa saja warga yang dikubur di pemakaman desa, pohon itu juga saksi sejarah peralihan zaman Belanda, Jepang, Orde Lama, Orde Baru hingga Demokrasi saat ini.
Baca Juga: Kisah Ridwan Preman Plaboy Semarang Beristri 3, Diciduk Polisi Karena Ayunkan Celurit di Jalan
Bahkan kata para sesepuh, usia pohon itu lebih dari 100 tahun.
Masalahnya, tumbangnya pohon tersebut menimbulkan masalah baru. Sebab butuh banyak orang untuk menyingkirkan pohon yang melintang.
Tenaga 50 orang ternyata tidak akan sanggup menggeser pohon itu dari tempatnya.
Maka satu-satunya cara adalah dipotong dengan gergaji mesin.
Warga setempat pun berembuk mencari solusi, menawarkan kepada siapa saja yang mau memanfaatkan kayu pohon salam itu sebagai bahan meubeler, dengan syarat menanggung biaya pemotongan.
Baca Juga: Mau Mudik? Tips dari Polrestabes Semarang Agar Rumah Aman, Bisa Manfaatkan Aplikasi Libas
Namun tak ada yang mau dan tak ada yang berani. Sebab mereka menilai pohon itu bukan pohon biasa, tetapi pohon penunggu makam.
“Itu rumah para lelembut,” jelas salah satu warga yang tak mau disebut namanya baru-baru ini.
Di sisi lain, pada awal 2024, ada sebuah masjid yang didesain ramah lansia di wilayah tersebut belum jadi pembangunannya.
Lantai 2 masjid itu sudah terpasang keramik sehingga bisa digunakan untuk aktivitas selama Ramadhan. Hanya saja pintu dan jendelanya masih blong-blongan.