SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - SD Kartini punya sejarah panjang di Kota Semarang. Sekolah yang sekarang bernama SDN Sarirejo itu awalnya bernama Kartinishool de Semarang. Kali pertama dibuka yakni pada 15 September 1913 meskipun dimulai dari rumah sewa di Jomblang.
Kemudian, di akhir bulan Desember 1914 mulai didirikan bangunan sekolah yang kemudian diresmikan pada 11 Januari 1915. Arsip sejarah terkait sekolah itu pun kini sudah dibukukan.
Berdasarkan buku "100 Tahun Bangunan SD Kartini Semarang 1915-2015", pendiri sekolah ini bukanlah RA Kartini secara langsung. Meski demikian, Kartini punya andil besar dalam mendirikan sekolah ini.
Peran besar itu didapat setelah sahabatnya di Belanda bergerak mendirikan sekolah setelah terisnpirasi dari surat-surat Kartini yang kelak dibukukan dengan nama "Habis Gelap Terbitlah Terang". Para sahabat itu berkumpul dalam Yayasan Dana Kartini di Den Haag, Belanda yang didirikan pada 1912.
Adapun, tokoh kunci pendirian sekolah tersebut ialah J. H. Abendanon, Van Derventer, P.K.W. Kern, R.M.A.A Poerbiadiningrat, Raden Kamil, dan Mas Aboekassan Atmodirono.
Tokoh-tokoh tersebut merupakan orang yang ingin memperjuangkan gagasan Kartini soal pendidikan di Jawa. Sesuai pidato Van Deventer saat mendirikan yayasan, Yayasan Kartini disebut didirikan untuk mendorong pendidikan perempuan di Jawa atas nama Kartini.
Guru senior di SDN Sarirejo, Suwarni menuturkan saat ini denah sekolahnya berbeda sejak kali pertama berdiri. Sebab awalnya sekolah menghadap ke Jalan Dokter Cipto.
"Sekarang setelah mengalami berbagai perubahan, bergeser ke Jalan Kartini. Saat ini yang gedung lama tinggal satu dan itu cagar budaya sehingga kami tidak bisa sembarangan membangun," terangnya saat ditemui Kamis 18 April 2024.
Suwarni lalu menambahkan sekolah tersebut juga dibangun khusus untuk mendidik anak perempuan di Semarang. Bahkan, Sekolah Kartini dinilai lebih baik dibanding sekolah Eropa karena di sana juga diajarkan keterampilan dan diajarkan bahasa Jawa.
"Yang masih ada itu gamelan, kemudian mesin jahit tapi tinggal satu," ujar Warni.
Baca Juga: Pengamat : Jejak Seseorang Yang Tercemar, Tak Tepat Duduki Waka MA Bidang Non Yudisial
Sekolah itu kemudian sempat vakum pada November 1942 usai pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Belum ada informasi terkait aktivitas sekolah selama pendudukan Jepang, namun, pada November 1948 sekolah itu telah tercatat sebagai milik pemerintah Indonesia hingga sekarang.
Saat menggali ingatannya tentang SD Kartini, Suwarni mengungkapkan jika dia mengawali tugasnya sebagai guru pada 1992. Saat itu usianya masih 20 tahun.