Warga Semarang Jadi Korban TPPO di Myanmar: Kerja dengan Penuh Siksaan, Tinggal di Kamp Bersenjata

photo author
- Rabu, 26 Juni 2024 | 19:41 WIB
Ing (63) ibu dari korban TPPO di Semarang. Ing becerita anaknya mendapat siksaan di Myanmar dan tinggal di kamp bersenjata. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Ing (63) ibu dari korban TPPO di Semarang. Ing becerita anaknya mendapat siksaan di Myanmar dan tinggal di kamp bersenjata. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Pria yang bertempat tinggal di Tanah Mas, Semarang Utara berinisial A (36) menjadi korban Tindak Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar.

Dari informasi dari ibunya yang bernama Ing (63), A dipaksa bekerja sebagai scammer atau penipu di platform online.

Tidak hanya itu, selain diminta sebagai scammer korban juga mengalami penyiksaan dan pemerasan.

Keluarga korban bahkan sempat dituntut membayar Rp150 juta bilamana ingin pulang.

"Anak saya jadi korban TPPO dengan dijadikan sebagai scammer di Myanmar, dia ingin pulang saya tidak punya uang untuk memulangkannya," ujar Ibu Korban Ing (63) di Kota Semarang, Rabu 26 Juni 2024.

Baca Juga: Tips Cari Aman Menjaga Jarak Berkendara

Ing dan suaminya Jay (72) kini kebingungan karena anak keduanya tersebut masih tertahan di Myanmar tanpa nasib yang jelas.

Saat ditemui, Ing menuturkan, anaknya berangkat ke Myanmar setahun lalu persisnya pada 29 Mei 2023.

Beberapa saat kemudian baru menyadari bahwa A, ke Myanmar karena terjerat penipuan online di Facebook dengan modus bekerja keluar negeri.

"Anak saya diiming-imingi kerja di Selandia Baru sebagai admin perusahaan dengan upah Rp12 juta sampai Rp20 juta perbulan," terangnya.

Awalnya Ing sudah memperingatkan kepada anaknya supaya jangan tergiur oleh pekerjaan tersebut. Apalagi syarat kerja ke negera tersebut harus membayar Rp16 juta.

Baca Juga: Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres, Ini Antisipasi Pemprov Jateng

Meski demikian, anaknya tetap ngeyel dengan alasan ingin mencari pengalaman kerja. Kekhawatiran Ing beralasan lantaran anaknya yang hanya lulusan SMA tak punya pengalaman kerja atau keahlian tertentu.

"Pengalaman kerja anak saya cuma bantu kerja di toko busana dan tidak pernah bekerja di luar toko," tuturnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X