IDI Jateng Jawab Perundungan Mahasiswi Kedokteran Undip, Nyatakan Senioritas itu Perlu

photo author
- Jumat, 16 Agustus 2024 | 12:45 WIB
IDI Jateng jawab dugaan perundungan kepada mahasiwi Kedokteran Undip Semarang.  (istimewa)
IDI Jateng jawab dugaan perundungan kepada mahasiwi Kedokteran Undip Semarang. (istimewa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jateng menjawab dugaan isu perundungan terhadap mahasiswi Kedokteran Undip Semarang yang melakukan bunuh diri.

Saat melakukan jumpa pers, Kamis 15 Agustus 2024, IDI Jateng menyebut belum pernah ada laporan terkait masalah tersebut.

Isu perundungan itu dinilai oleh masyarakat sebagai penyebab meninggalnya mahasiswi Kedokteran Undip yang bernama dr Aulia Risma Lestari (30).

Baca Juga: Tetangga Ungkap Kepribadian Mahasiswi Kedokteran Undip yang Ditemukan Meninggal, Dikenal Suka Lakukan Hal Ini

Dr Aulia diketahui meninggal pada Senin 12 Agustus 2024 di kosannya yang berlokasi di Lempongsari Semarang.

Isu penyalahgunaan kekuasaan itu banyak muncul di media sosial dan dikaitkan dengan meninggalnya mahasiswi FK Undip.

Misalnya di akun TikTok @awuu.daily, dia mengunggah beberapa aturan yang dikaitkan dengan senioritas di PPDS anestesi.

Misalnya terkait jam kerja hingga 18 jam, menyatakan senior selalu benar, hingga tak boleh menolak perintah senior.

Baca Juga: Isi Buku Harian Mahasiswi Kedokteran Undip: Nggak Kuat dengan Senior, Pengin Resign

Ketua IDI Jateng dr Telogo Wismo menyatakan tak pernah ada aduan terkait itu.

"Sampai saat ini belum pernah ada aduan baik di wilayah atau cabang, kalaupun ada kita mungkin bisa membantu, karena tugasnya BHP2A itu membantu, baik bidang hukum atau yang lain sehubungan dengan pekerjaannya, kita akan bantu, apalagi maslaah pendidikan," katanya saat ditemui di kantornya, Kamis 15 Agustus 2024.

Telogo menambahkan terkait isu jam kerja berlebihan, menurutnya rumah sakit sudah memiliki sistem shift. Bekerja di luar shift biasanya hanya terjadi ketika ada hal-hal menarik yang dirasa seniornya bisa menjadi ilmu baru bagi peserta PPDS.

"Kalau di PPDS itu kan tidak bekerja, sekolah. Jadi kadang kalau melebihi batas karena ada kasus menarik, pasti akan ditambah, sayang kan kalau kita pulang tapi kehilangan ilmu. Tapi kalau itu dianggap jam kerja pasti akan ada evaluasi, dan jika memang harus dievaluasi IDI akan mendukung evaluasi tersebut, jangan sampai PPDS kelelahan karena yang dihadapi manusia sakit, kalau PPDS juga lelah hasilnya tidak maksimal," jelasnya.

Baca Juga: Ada Banyak Kejanggalan, Polisi akan Selidiki Kasus Tewasnya Mahasiswi Undip Kedokteran Semarang

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X