Menteri Luhut Resmikan Kemitraan Investasi INA dan Changzhou Liyuan di Fasilitas Katoda LFP Kendal

photo author
- Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:27 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah dan CEO Changzhou Liyuan, Shi Junfeng saat meresmikan fasilitas produksi bahan katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) PT LBM Energi Baru Indonesia di Kendal, 8 Oktober 2024. (Regi Yanuar Widhia Dinnata AyoSemarang )
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah dan CEO Changzhou Liyuan, Shi Junfeng saat meresmikan fasilitas produksi bahan katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) PT LBM Energi Baru Indonesia di Kendal, 8 Oktober 2024. (Regi Yanuar Widhia Dinnata AyoSemarang )

KENDAL, AYOSEMARANG.COM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, meresmikan dimulainya fase pertama produksi serta rencana pengembangan fasilitas produksi bahan katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) oleh PT LBM Energi Baru Indonesia. Fasilitas ini merupakan hasil kemitraan investasi strategis antara konsorsium Indonesia Investment Authority (INA) dan Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd. (Changzhou Liyuan), produsen LFP terkemuka di dunia. Investasi ini diharapkan berperan besar dalam memenuhi kebutuhan baterai LFP global, yang semakin meningkat seiring bertambahnya kendaraan listrik (EV) di dunia.

“Sebagaimana sering disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, Indonesia tidak boleh lagi hanya menjadi eksportir bahan mentah. Kita harus menciptakan nilai tambah di negeri sendiri, membangun industri hilir yang kuat, dan menempatkan diri sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global. Hilirisasi bukan hanya kata-kata, tetapi strategi besar untuk mempercepat kemajuan Indonesia—terutama di sektor yang akan mendominasi masa depan: ekosistem kendaraan listrik, Electric Vehicle (EV),” tutur Menko Luhut di fasilitas produksi bahan katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) PT LBM Energi Baru Indonesia, Kendal Industrial Park, 8 Oktober 2024.

Fasilitas ini berlokasi di Kendal Industrial Park (KIP), salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia yang memiliki status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Proyek senilai sekitar USD 200 juta ini ditargetkan mampu meningkatkan kapasitas produksi dari 30.000 ton pada tahap pertama menjadi 90.000 ton di tahap kedua yang direncanakan dimulai pada 2025.

LFP merupakan bahan kimia utama dalam baterai litium-ion, selain Nickel Cobalt Manganese (NCM). Dengan biaya yang lebih efisien, LFP sangat cocok untuk digunakan dalam kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi. Berdasarkan studi Bain, permintaan baterai global diprediksi akan meningkat empat kali lipat antara 2023 hingga 2030 seiring meningkatnya adopsi EV. Diperkirakan pada 2030, NCM akan menyumbang sekitar 50% dari total permintaan baterai litium-ion, sementara LFP diproyeksikan mencapai 35%, menunjukkan potensi besar dalam mendukung pertumbuhan industri baterai.

Baca Juga: Pemkab Kendal Buka Lowongan 1.460 Formasi  PPPK, ini Rinciannya

Kemitraan ini memfokuskan pengembangan bahan katoda LFP yang memiliki nilai tambah tinggi dalam rantai pasok baterai, memanfaatkan pasar yang sedang berkembang. Pada tahun 2030, Indonesia diharapkan dapat berkontribusi dalam pasar senilai sekitar USD 10 miliar untuk bahan aktif katoda LFP, sekaligus memperkuat posisi negara dalam transisi energi bersih dunia. Investasi ini juga memperlihatkan daya tarik Indonesia sebagai basis pengembangan industri hilir.

“Ini bukan sekadar pabrik, tetapi juga fondasi dari ekosistem EV Indonesia yang terintegrasi. Melalui penyempurnaan rantai produksi baterai lithium, tidak kurang dari 3 juta unit kendaraan listrik di seluruh dunia akan dipenuhi kebutuhan baterai lithiumnya oleh industri di Indonesia,” jelas Menko Luhut.

Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, menyampaikan bahwa dengan meningkatnya permintaan LFP akibat peralihan global ke EV dan energi terbarukan, Indonesia memiliki peluang besar. Menurut Ridha, inisiatif ini dapat menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekosistem baterai global, dengan kemampuan produksi yang kuat untuk memenuhi permintaan katoda LFP di masa depan.

CEO Changzhou Liyuan, Shi Junfeng, menegaskan bahwa keahlian konsorsium INA dan Changzhou Liyuan berperan penting dalam pengembangan proyek ini. Dengan dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, kemitraan ini akan membantu Indonesia memperkuat posisinya dalam rantai pasok baterai global. Shi Junfeng juga menyebutkan bahwa proyek ini adalah bagian dari kerja sama strategis antara Indonesia dan China di sektor energi baru.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 8 Halaman 84, Soal Kegiatan Ekonomi Perdagangan

Indonesia memiliki posisi yang ideal untuk mendukung transisi energi global melalui rantai nilai terintegrasi mulai dari pemurnian hingga produksi EV. Dengan proyeksi pertumbuhan sektor EV Indonesia sebesar 50% per tahun hingga 2030, kemitraan strategis ini menegaskan komitmen untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan mendorong solusi energi bersih. Konsorsium INA dan Changzhou Liyuan berbagi visi untuk masa depan Indonesia yang berkelanjutan, dengan investasi yang selaras pada tujuan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Selain dampak ekonominya, fasilitas ini diharapkan mampu menciptakan lebih dari 2.000 lapangan kerja, dengan sekitar 92% tenaga kerja lokal. Hal ini menunjukkan bahwa investasi besar tidak hanya menguntungkan bagi industri, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat sekitar.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X