SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Selasa 19 Agustus 2025 dimulai dengan hari yang cerah. Awan-awan berarak dengan normal di langit-langit yang luas. Matahari meskipun tidak terlalu terik namun cukup bersinar menerangi rutinas harian warga Kota Semarang.
Namun memasuki siang hari, segalanya berubah. Awan gelap mendadak muncul dan angin yang berisik datang. Hujan besar di mana-mana. Warga di masing-masing tempat saling update di Instagram yang mirip seperti mading digital warga yakni @infokejadiansemarang. Dari semua postingan menandakan bahwa hujan merata.
Perubahan cuaca yang cepat juga dihadapi oleh para pemancing di perairan Tambak Lorok Semarang atau tepatnya di DAM Merah.
Mereka paginya juga berangkat dengan cuaca cerah. Dari setiap langkah yang mereka lalui tentu saja tak kepikiran kalau bakal ada hujan badai waktu itu.
"Tahu-tahu gelap dulu, baru angin datang, gelombang besar datang," kata Panijan alias Klowor, salah seorang pemancing, Rabu 20 Agustus 2025.
Ketika gelombang besar datang, Klowor dan rekan-rekannya sedang asyik mancing. Ada sekitar 7 sampai 8 orang yang ada di DAM Merah.
DAM sendiri merupakan kontruksi yang dibangun di pantai untuk menahan laju air laut dari gerakan gelombang, arus maupun ombak. Ada 2 DAM Perairan Tambak Lorok yang dibedakan dengan warna hijau dan merah.
Di Kota Semarang, DAM adalah surga bagi para pemancing karena jadi rumah ikan-ikan sehingga kalau mancing di situ, dijamin hasil tangkapan bikin riang gembira. Risikonya memang tinggi karena para pemancing berdiri langsung di tengah laut. Namun kendati demikian, banyak pemancing yang tak mempedulikan risiko itu.
Sampai kemudian pada kemarin siang, saat awan gelap datang yang diikuti angin kencang, gelombang besar langsung menyapu para pemancing.
Ketika gelombang besar menyapu para pemancing, Klowor berdiri di dekat tower lampu. Memang di DAM tersebut ada tower lampu untuk penerangan kapal. Dia pun naik ke sana untuk menyelamatkan diri beserta beberapa pemancing.
Dari atas tower Klowor melihat rekan-rekannya tersapu gelombang dan saling terguling-guling di antara deru ombak.
"Saya lihat dari jauh. Mereka pada tersapu gelombang," kata Klowor.