AYOSEMARANG.COM -- Genangan banjir yang melanda Kota Semarang, Jawa Tengah, khususnya di ruas Jalur Pantura Kaligawe Raya, telah berlangsung selama sebelas hari terakhir. Kondisi ini membuat aktivitas para pengusaha truk lumpuh total dan menimbulkan kerugian besar di sektor logistik.
Pantauan di lapangan menunjukkan, arus lalu lintas di jalan nasional tersebut tersendat parah. Hanya kendaraan besar seperti truk dan bus yang masih mampu melintas di genangan air setinggi hampir satu meter. Namun, banyak pula truk yang mogok di tengah jalan akibat mesin terendam.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY, Bambang Widjanarko, menyebutkan banjir tahun ini merupakan yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir karena bertahan lama dan belum menunjukkan tanda-tanda surut.
Baca Juga: Kaligawe Masih Banjir, Ini 5 Jalur Alternatif Semarang Demak yang Aman Dilewati
“Biasanya banjir hanya dua atau tiga hari, tapi kali ini sudah sepuluh hari belum juga surut. Kami khawatir puncaknya justru terjadi pada akhir Januari atau awal Februari nanti,” katanya, dikutip Ayosemarang, Sabtu 1 November 2025.
Bambang mengaku belum menghitung total kerugian secara pasti. Namun, ribuan truk anggota Aptrindo kini sulit beroperasi.
“Satu unit truk yang berhenti sehari saja bisa rugi sekitar Rp1 juta. Kalau sampai sepuluh hari, berarti kerugian per unit bisa tembus Rp10 juta, belum termasuk perbaikan mesin akibat terendam,” jelasnya.
Menurutnya, biaya perbaikan pun tidak murah. Untuk membersihkan bagian kaki-kaki kendaraan saja dibutuhkan dana sekitar Rp20 juta.
“Kerusakan yang sering terjadi antara lain pada bearing, sistem rem, hingga mesin yang bisa rusak total. Kalau sudah begitu, ongkos perbaikan bisa lebih dari Rp50 juta,” sambungnya.
Baca Juga: Rel Kereta di Kaligawe Naik 30 Cm, KAI Pastikan Perjalanan KA Aman dari Genangan Banjir
Selain pengusaha, para sopir juga terdampak karena sistem kerja mereka berbasis ritase. Biasanya, dalam sebulan mereka bisa enam kali bolak-balik Jakarta–Surabaya, kini hanya tiga kali.
“Pendapatan mereka otomatis turun separuh,” ujarnya.
Masalah Klasik yang Tak Pernah Selesai
Bambang menilai, persoalan banjir di kawasan pesisir Semarang ini sudah menjadi masalah klasik. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan tanggul raksasa (Giant Seawall) yang menahan air laut, namun menghambat aliran air dari darat menuju laut.