Hoeri Prasetiyo, Pejuang Terakhir Pertempuran Lima Hari Semarang Meninggal, Sempat Jadi Buronan Belanda

photo author
- Sabtu, 6 Mei 2023 | 15:11 WIB
Pemakaman Hoeri Prasetyo sebagai pejuang terakhir dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Pemakaman Hoeri Prasetyo sebagai pejuang terakhir dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Hoeri Prasetiyo merupakan satuan dari Laskar Pertempuran Lima Hari di Kota Semarang.

Hoeri adalah seorang pejuang dari Regu Jagal Jepang yang berani merampas pedang milik tentara Jepang yang saat itu hendak melakukan kekerasan bahkan membunuh masyarakat.

Berjuang bersama komandannya, yakni Sayuto, Hoeri saat itu telah menjadi pejuang sejak umur 19 tahun.

Pada tahun 1945, Hoeri muda nekat menjadi pejuang karena ingin melepaskan diri dari penjajahan. Selain itu, dirinya juga kesal karena kemerdekaan Indonesia dinilai tak pantas oleh tentara Jepang.

Meski komandannya yang menghabisi tentara Jepang, namun keberanian Hoeri untuk merampas pedang atau senjata tentara Jelang sangatlah heroik.

Bahkan, komandan dan anak buah ini sangat dikenal keberaniannya hingga menjadi target penjajah.

Usai pertempuran lima hari, Hoeri bersama Sayuto kabur ke Girikusumo Demak karena Jepang telah menyiarkan kepada tentara Belanda aksinya bersama komandannya. Mendengar cerita itu, Belanda kemudian memburu Sayuto dan Hoeri.

Namun, penyerangan Belanda gagal karena salah menentukan lokasi pengeboman persembunyian Sayuto-Hoeri.

Informasi yang diperoleh, tentara Belanda saat itu hendak mengembom pondok pesantren yang menjadi tempat persembunyian Sayuto-Hoeri. Namun salah sasaran dan yang dibom ternyata adalah Pasar.

Ketua LVRI Kota Semarang, Bambang Priyoko meminta kepada generasi muda bangsa untuk bisa menyerap perjuangan para pejuang dan pahlawan dalam mengusir para penjajah. Menurutnya bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.

“Perjuangan masa lalu sangat mahal untuk merebut kemerdakaan ini. Mereka betul-betul toh (menyerahkan) nyawa, jiwa raganya untuk negara. Dan generasi muda harus mengambil nilai sarinya bahwa nilai semangat juang 45 itu harus kita lanjutkan. Kalau sekarang tidak melawan musuh, bisa melawan untuk kesejahteraan masyarakat,” paparnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Akbar Hari Mukti

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

XLSMART Gelar Pesantren Digital di Demak

Minggu, 14 Desember 2025 | 22:24 WIB
X