semarang-raya

Warga Pecinan Semarang Gelar Tuk Panjang, Tradisi Makan Bersama di Meja Besar dengan Beragam Etnis

Jumat, 9 Februari 2024 | 11:07 WIB
Tradisi Tuk Panjang di Pecinan Semarang yang diisi oleh berbagai etnis. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Menyambut Imlek 2024, warga etnis Tionghoa di Pecinan Semarang menggelar tradisi Tuk Panjang, Kamis 8 Februari 2024.

Tradisi Tuk Panjang di Pecinan Semarang itu merupakan tradisi yang menunjukkan akulturasi budaya dan kerukunan antarumat beragama jelang tahun baru Imlek 2575.

Berbagai hidangan disuguhkan dalam acara tersebut, seperti kue keranjang kukus santan yang melambangkan harapan tutur kata yang baik, ada pula nasi hainan, tujuh macam sayur hijau yang masing-masing punya lambang dan harapan baik.

Kemudian juga berbagai menu lain seperti lumpia, dan aneka makanan sebagai wujud akulturasi budaya.

Baca Juga: Inklusivitas dalam Pemilu: Langkah KPU Batang Memfasilitasi Partisipasi Masyarakat Penyandang Disabilitas

Setelah disajikan, hidangan tadi dimakan bersama-sama di meja yang ditata memanjang kurang lebih 200 meter.

Selain keturunan Tionghoa, tradisi ini juga dihadiri masyarakat umum, perwakilan atau tokoh keagamaan, serta beberapa pejabat dari Pemkot Semarang.

Mewakili Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso mengatakan, jika prosesi Tuk Panjang ini rutin dilakukan di Kawasan Pecinan untuk menyambut tahun baru Imlek. Penyelenggaraannya pun selalu meriah, dengan dihadiri banyak perwakilan masyarakat.

"Ini ada filosofinya, makan bersama yang mewujudkan kerukunan umat beragama karena ada berbagai macam etnis yang ikut memeriahkan," jelasnya.

Baca Juga: Jelang Imlek Warga Pecinan Semarang Punya Hiasan Imhok, Penolak Bala dan Bawa Hoki

Wing menjelaskan, akulturasi budaya ini sebenarnya melekat di Kota Semarang dan sebagai kekuatan Ibu Kota Jateng dari segi pariwisata ataupun yang lainnya.

"Akulturasi budaya, harapannya menjadi semangat menjaga toleransi di kota ini," pungkasnya.

Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim menjelaskan, jika tradisi ini coba diangkat ke jalan sebagai wujudkan keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama.

Baca Juga: 4 Motor Matik Bekas Terbaik yang Layak Dibeli di Tahun 2024, Harga di Bawah 7 Jutaan

Halaman:

Tags

Terkini

XLSMART Gelar Pesantren Digital di Demak

Minggu, 14 Desember 2025 | 22:24 WIB