Banjir Air Mata, Masyarakat Tionghoa Semarang Gelar Basuh Kaki Jelang Imlek, Teringat Bakti Orangtua

photo author
- Kamis, 8 Februari 2024 | 15:06 WIB
Tangis haru mewarnai ritual basuh kaki jelang Imlek yang dilakukan oleh masyarakar Tionghoa di Pecinan Semarang.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Tangis haru mewarnai ritual basuh kaki jelang Imlek yang dilakukan oleh masyarakar Tionghoa di Pecinan Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Waktu Jason Santoso di dunia ini memang belum lama-lama amat, baru 10 tahun. Namun dalam waktu yang belum lama itu, sudah sanggup membuatnya banjir air mata saat berhadapan dengan mamahnya dalam tradisi basuh kaki jelang Imlek di Rasa Dharma Pecinan Semarang, Kamis 8 Februari 2024.

Tangis Jason pecah beriringan dengan iringan instrumen Mama Hou dari Shi Shanng Zhi You. Sambil melap-lap kaki mamahnya, Jason terisak dengan agak malu-malu.

Chintya Dewi (38) mamah Jason, tak kuasa melihat anaknya yang berurai air mata di pangkuannya. Dengan penuh gemetar, Dewi meraih anaknya yang masih sembab untuk dibekap. Lalu di pelukannya yang hangat, pipi-pipi Jason yang gemuk ikut terbenam.

Baca Juga: Puncak Musim Hujan Februari, Mbak Ita Petakan Wilayah Zona Merah Bencana Alam di Semarang

"Keingat kalau di rumah. Waktu mandiin, lalu nggantiin baju. Aku suka nakal juga," kata Jason si anak melankolis saat ditanya seusai acara.

Namun tangis tampaknya tidak hanya dialami Jason, semua anak, istri bahkan mahasiswa yang ikut tradisi itu hampir semua menitikan air mata.

Ketua Rasa Dharma Semarang Harjanto Halim menuturkan dalam 8 ajaran kebenaran filosofi Tionghoa ada yang namanya "kebaktian".

"Bakti kepada orangtua dengan basuh kaki orangtua. Meskipun saya selalu menggarisbawahi, bukan hanya membasuh kaki orangtua atau bersujud atau enggak. Tapi bagaimana anak itu berbuat kebaikan, menjaga nama baik orang tua di masyarakat. Itu bakti yang paling terbaik," ungkapnya.

Baca Juga: 59 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2024 Singkat Penuh Makna, Cocok untuk Media Sosial

Oleh karena itu, ketika menjalani momen sakral tadi, banyak yang rapuh. Menurut Harjanto tidak tiap saat orang bisa menyampaikan isi hatinya terutama kepada ibu atau orang terkasih.

Maka saat melaksanakan satu ritual basuh kaki, seakan apa yang selama ini dirasakan tersampaikan. Terlebih diiringi lagu Mama Hao, menurutnya lagu itu sungguh mendalam, artinya saja, "Di Dunia Ini Hanya Mama yang Terbaik".

"Tapi bahwa dipraktikan dalam basuh kaki itu juga baik karena selalu akan menimbulkan rasa haru yang mendalam dan lebih memaknai hubungan anak dan orangtua dan orang tua kepada anak," ungkapnya.

Lebih lanjut Harjanto menyampaikan bahwa Rasa Dharma juga coba mengingatkan kembali kepada anak-anak masa kini.

Baca Juga: Bukan Tay Kak Sie, Ini Kelenteng Tertua di Pecinaan Semarang, Lokasinya Dekat Pasar Gang Baru

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

XLSMART Gelar Pesantren Digital di Demak

Minggu, 14 Desember 2025 | 22:24 WIB
X