semarang-raya

Di Balik Adonan Pembuat Kue Keranjang di Semarang, Ada Persaingan Keluarga yang Cukup Sentimentil

Jumat, 17 Januari 2025 | 15:35 WIB
Pembuatan kue keranjang di Semarang. Ada cerita yang cukup sentimentil dari pembuat kue keranjang ini. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Fanus pun memproduksi kue keranjang dengan dibantu oleh orangtuanya. Usai mewujudkan rencananya, Fanus mengedarkan kue keranjang secara mandiri. Dia berkeliling di Pecinan sampai lingkungan Udinus. Kelak dia sendiri kuliah di kampus itu.

"Sambil mengenakan celana abu-abu, saya dulu keliling di Pasar Pecinan menjajakan kue keranjang, karena melihat peluang usaha, ya," jelasnya.

Usaha itu sempat memberinya dahaga dalam kehidupan. Namun dikarenakan makanan musiman, Fanus tidak bisa menjalankan usaha itu secara reguler.

Baca Juga: TPA Darupono Sudah Menggunung, Pemkab Kendal Bakal Terapkan Sistem Ganjil-Genap

Lulus SMA, Fanus memutuskaan kuliah dulu di jurusan Teknik Industri Udinus. Setelah lulus kuliah, Fanus tetap menjalankan hidupnya sebagai pengusaha, khas orang Tionghoa. Maka sampailah Fanus kini, sebagai pengusaha pembuat krupuk dan kue keranjang.

Hari-hari ini Fanus cukup sibuk. Sepuluh hari jelang Imlek, pesanan kue keranjang sudah meningkat. Sehingga dirinya harus mulai produksi untuk stok sebulan sebelum Imlek.

"Karena produksi kue keranjang ini hanya untuk Imlek saja atau setahun sekali, sehari-hari produksi kerupuk," imbuhnya.

Di rumah produksinya, dia memperkerjakan sebanyak 5 orang. Ada yang bertugas mengaduk adonan dengan bahan tepung ketan, gula dan air menggunakan peralatan modern. Beberapa rasa ditambahkan seperti vanila, frambozen, pandan, dan coklat.

Ada juga yang mulai mencetak ke dalam plastik untuk kemudian dipacking dan dioven.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Polisi di Semarang, Dedikasikan Hidup Jadi Bapak Asuh 35 Anak di Panti Asuhan

Sebagaimana yang diwariskan orangtuanya, proses pengovenan atau pengukusan masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utamanya.

Kue keranjang yang diproduksi merupakan hasil olahannya secara tradisional. Namun, Fanus melakukan uji coba memodifikasi peralatan dari pabrik untuk dijadikan alat produksi kue keranjang.

"Saya otak-atik sendiri, mulai dari oven yang berkapasitas besar, mesin takaran, mesin pengaduk, sehingga mempercepat proses produksi," jelasnya.

Kendati sudah menggunakan mesin modern, dirinya tetap menjaga keontetikan kue keranjang dengan cara menggunakan kayu bakar dengan sumber bahan bakar saat dioven.

"Selain menjaga tradisi nenek moyang, aroma dan cita rasanya berbeda dengan menggunakan gas, karena kalau menggunakan gas rasanya kurang khas," ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini