SEMARANG SELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Dinas Kesehatan Kota Semarang memprediksi puncak Covid 19 terjadi pada akhir Februari 2022.
Dinas Kesehatan Kota Semarang mendorong masyarakat Ibu Kota Jawa Tengah untuk segera melengkapi vaksinasi Covid 19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengimbau, bagi masyarakat yang belum melakukan vaksinasi untuk segera ke puskesmas atau layanan penyedia vaksinasi Covid 19 terdekat.
Baca Juga: BREAKING NEWS!! Pemerintah Naikkan Status PPKM Level 3 untuk Semarang Raya
"Kami sudah naikkan flyer untuk vaksin booster. Tadinya kan harus enam bulan, namun ini ada penyesuaian, bisa untuk yang sudah tiga bulan vaksin kedua. Jadi silahkan lakukan vaksin booster," ujar Hakam, Senin 21 Februari 2022.
Berdasarkan data, per Minggu 20 Februari 2022 capaian vaksinasi Covid-19 Kota Semarang telah mencapai 1.305.077.
Rinciannya yakni dosis pertama sebesar 124,40 persen atau 1.623.484; kemudian dosis kedua yakni 112,51 persen atau 1.468.325; dan dosis ketiga yakni 16,63 persen atau 216.971.
Sedangkan jumlah kasus Covid-19 juga terus bertambah belakangan ini. Seperti pada Rabu 16 Februari 2022 jumlahnya mencapai 789 kasus, kemudian pada Kamis 17 Februari 2022 naik menjadi 838 kasus dan pada Minggu 20 Februari 2022 mencapai 841 kasus.
Jumlah terbanyak berasal dari luar kota dengan 172 kasus, kemudian disusul Kecamatan Ngaliyan dengan 95 kasus dan Kecamatan Pedurungan dengan 66 kasus.
Disamping itu, Hakam menjelaskan bahwa jenis varian virus menentukan tingkat infeksi pada pasien. Kemudian, viral load atau jumlah virus yang masuk juga menjadi faktor keparahan gejala.
Baca Juga: Cara Cek Lokasi Vaksin Covid 19 Terdekat, Bisa Lewat Covid19.go.id dan Google Maps
"Ada tiga faktor yang mempengaruhi infeksi gejala, yaitu imunitas, viral load atau jumlah virus yang masuk, dan jenis variannya," imbuhnya.
Sementara antibodi seseorang, lanjutnya, dipengaruhi oleh usia, penyakit penyerta atau komorbid, dan vaksinasi. Hakam menyampaikan, orang yang belum vaksin sudah pasti tidak mampu melawan virus karena antibodinya tidak bagus.
Terkait bed occupancy rate (BOR) di isolasi terpadu (isoter), ia menyebut saat ini masih berada di bawah 20 persen. Hal itu karena lama rawat inap bagi pasien Covid-19 di isoter hanya sekitar dua sampai tiga hari.