GAJAHMUNGKUR, AYOSEMARANG.COM -- Umat Hindu kota semarang melaksanakan Hari Raya Galungan, di Pura Giri Natha, Rabu 8 Juni 2022.
Dalam perayaan Hari Raya Galungan yang dimulai pada pukul 19.00 WIB ini diikuti oleh 500 umat Hindu Kota Semarang.
Ketua PHDI Kota Semarang Nengah Wirta Dharmayana menjelaskan apa itu makna dari perayaan Hari Raya Galungan.
Baca Juga: Diguyur Hujan, Umat Hindu Kota Semarang Tetap Khusyuk Ibadah Galungan
Galungan merupakan hari besar Agama Hindu yang jatuh jatuh setiap 6 bulan sekali atau berdasarkan pawukon Buda Kliwon Dungulan.
Para Umat Hindu biasanya memasang Penjor sehari sebelum Galungan atau tepatnya pada Penampahan Galungan.
Penjor adalah simbol dari Naga Basukih, di mana Basukih berarti kemakmuran atau kesejahteraan.
Memasang Penjor berarti sebagai wujud rasa Bakti dan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikan-Nya.
Nengah menjelaskan kalau secara umum, galungan merupakan kemenangan dharma melawan adharma.
Baca Juga: Kecelakaan Maut Kalibanteng Semarang, Pemotor Oleng Tabrak Pembatas Jalan hingga Tewas
"Artinya dalam teologi Hindu dharma itu adalah pikiran kita, rohani kita, kesucian kita, jadi itu yang disebut dengan darma. Kemudian mengalahkan adharma, yang artinya perbuatan, pikiran yang tidak sesuai dengan ajaran dharma. Jadi perbuatan-perbuatan yang jelek itu disebut adharma," sambungnya.
Maka pada saat Hari Raya Galungan ini, Umat Hindu memantapkan perbuatan dan pikiran yang baik untuk selanjutnya kami laksanakan dalam kehidupan di lungkungan, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Dari perayaan ini juga, kami harus meningkatkan kedalaman spiritual dari waktu ke waktu," sambungnya.
Ibadah Galungan di Pura Giri Natha sempat diguyur hujan. Namun Umat Hindu Kota Semarang masih dengan khusyuk mengikuti ibadah.