Meski demikian, di luar itu dia merasa berat karena harus menanggung resep dokter, termasuk susu nutrisi yang menghabiskan Rp1,7 juta setiap bulan.
"Semua itu, menurut saya tidak bisa ditanggulangi dengan upahnya sebagai pekerja buruh pabrik," kata Susi yang tinggal di Kampung Kapling Dondong, RT 5 RW 6, Wonosari, Ngaliyan.
Susi juga akhirnya jadi kebingungan mengenai masa depan kedua anaknya usai ditinggal suaminya.
Mengenai bantuan, sebetulnya Susi sudah mendapatkan bantuan dari Perhutani sebanyak total Rp7,5 juta.
Namun bantuan itu sudah habis karena Rp3 juta sudah untuk pemakaman dan sisanya untuk biaya pengobatan anaknya yang sempat dirawat selama 3 minggu.
"Pertama ke sini waktu pemakaman suami itu mereka ngasih uang Rp 3 juta, jadi itu saya anggap untuk pemakaman suami, nah itu kemarin ke sini katanya galang dana dari karyawan Rp4,5 juta," ungkapnya.
Tidak hanya mengadu di media sosial, Susi juga sudah berusaha mencari bantuan di pihak Kelurahan maupun Perhutani.
Awalnya memang sulit, namun respons positif baru didapat setelah dia mengadu ke media sosial.
Baca Juga: Ada Pembangunan Pabrik di KITB, Kapolres Batang Bakal Legalkan Tambang Golongan C Ilegal?
"Semalam setelah Pak Lurah ke sini, beliau bilang katanya sudah buat pengajuan ke BPBD. Pihak Perhutani juga berencana akan mendatangi rumahnya," katanya.
Dengan semua aduan ini, Susi hanya meminta bantuan untuk biaya pemulihan anaknya serta kepastian biaya pendidikan.
"Pertama untuk pemulihan adek, terus untuk masa depan, untuk biaya seterusnya, apakah ada beasiswa seperti itu," tandasnya.***
