KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Darupono Baru yang berbasis sanitary landfill mulai dikeluhkan warga, terkait polusi dan limbah yang dihasilkan.
Warga di lima desa mulai terdampak akibat bau yang dihasilkan dari TPA Darupono ini.
Lima desa tersebut yakni Desa Kertosari Kecamatan Singorojo, Desa Darupono, Jerukgiling, Sidomakmur dan Kedung Suren Kecamatan Kaliwungu Selatan. Rata-rata warga merasakan dampak polusi udara berupa bau busuk sampah.
Baca Juga: Putri Candrawathi Murka Saat Tiba di Bangka, Ada Wanita Lain Nangis di Rumah Ferdy Sambo?
Yang paling parah terdampak adalah Desa Kertosari, karena berbatasan langsung dengan TPA Darupono Baru. Bau busuk setiap saat ditimbulkan dari gunungan sampah karena tertiup angin.
Aktivis lingkungan dari LSM Biota Foundation, Abdul Azis menejelaskan, pengelolaan sampah berbasis sanitary landfill di TPA Darupono Baru tersebut belum sepenuhnya diterapkan. Alhasil, tak jauh beda dengan TPA konvensional.
“Hanya sebatas menumpuk sampah saja. Padahal jika sistem sanitary landfill betul-betul diterapkan sesuai standar operasional prosedur (SOP) atau aturan yang ada, maka bau busuk dan lindi itu tidak akan berdampak ke warga,” katanya, Senin 5 Desember 2022.
Dirinya menyayangkan Dinas Lingkungan Hidup yang tidak segera melakukan antisipasi, sehingga warga harus terdampak sekian lama tanpa ada penanganan.
“Semestinya sampah yang telah menumpuk dan cairan lindi sudah ditampung, maka sesuai aturan harus ditutup tanah minimal setebal 30 sentimeter. Sehingga, bau tidak menyebar kemana-mana,” imbuhnya.
Bau busuk yang menyengat menyebabkan warga mengeluh kepala pusing dan perut mual. Sedangkan lindi mencemari lingkungan, terutama air menjadi tercemar.
Surono, warga Sidomakmur mengatakan, jika air di desanya menjadi tercemar, khususnya air sungai. Airnya menjadi bau dan agak keruh.
“Airnya menyebabkan kulit-kulit gatal. Jadi warga yang memanfaatkan air sungai kulitnya pada gatal,” akunya.