Ramadhan bukan sekadar bulan yang datang dan pergi seperti angin lalu. Ia adalah madrasah, sekolah tempat kita belajar. Di sana kita diajari menahan rasa lapar agar tahu makna dari syukur. Kita diajari menahan haus agar mengerti arti dari ketabahan. Kita juga diajari sholat malam agar paham bahwa hubungan dengan Allah bukan hanya ritual, melainkan kebutuhan jiwa. Lalu, setelah sebulan penuh kita dididik di bulan Ramadhan, apakah kita akan kembali ke kebiasaan lama, seolah tak pernah belajar apa-apa?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (Q.S. Al-Hijr: 99)
Jelas sudah, ibadah bukan hanya urusan Ramadhan. Al-Qur’an, yang kita baca dengan khusyuk selama bulan suci itu, seharusnya tetap kita baca, renungkan, dan amalkan setiap saat. Kita tidak bisa menjadi “hamba Ramadhan” yang hanya taat sebulan dalam setahun, lalu kembali lupa setelahnya.
Baca Juga: Niat Puasa Sunnah Setelah Idul Fitri, Dilaksanakan Selama 6 Hari di Bulan Syawal
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah.
Imam Qatadah, seorang ulama besar ahli hadis, selalu mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari. Namun saat Ramadhan tiba, ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Dan di sepuluh malam terakhir Ramadhan? Ia membacanya setiap malam. Kita mungkin tak mampu seperti beliau, tapi kita bisa memetik satu hal, bahwa interaksi dengan Al-Qur’an bukan sekadar seremonial musiman, melainkan kebutuhan harian.
Maka, di luar bulan Ramadhan, mari kita tetap hidup bersama Al-Qur’an. Bacalah ia, renungkan maknanya, dan amalkan ajarannya. Sebab Al-Quran bukan sekadar bacaan untuk mengisi waktu luang, tetapi cahaya bagi perjalanan hidup kita.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Kapan Boleh Puasa Setelah Idul Fitri? Simak Penjelasannya bagi yang Ingin Qadha atau Puasa Syawal
Bulan suci memang telah berlalu, tetapi semangatnya harus tetap tinggal di dalam diri kita. Jika Ramadhan adalah bulan kedermawanan, maka janganlah kita berhenti berbagi hanya karena Syawal telah tiba. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling dermawan di bulan Ramadhan, tapi beliau juga tetaplah dermawan di luar bulan itu.
Janganlah menunda untuk berbuat baik. Jangan menunggu bulan suci berikutnya untuk memulai kebaikan. Sebab hidup ini singkat, dan kematian bisa datang kapan saja. Betapa banyak orang yang berharap diberi kesempatan kedua untuk berbuat baik, tetapi ajal terlebih dahulu sudah menjemput mereka.