“Mahasiswa adalah motor perubahan. Kita butuh mereka untuk membantu masyarakat di daerah 3T agar bisa bersaing di era digital,” tambahnya.
Dalam bidang akademik, kolaborasi turut diperkuat melalui kerja sama antara Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Undip dengan Technical University of Munich (TUM), Jerman. Program double degree ini diharapkan melahirkan perencana wilayah berwawasan global yang tetap berpijak pada konteks lokal Indonesia.
Sebagai bagian dari pembaruan kebijakan, pemerintah juga tengah menyiapkan revisi Undang-Undang Transmigrasi agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. “Kami sudah berkoordinasi dengan Menteri Hukum dan HAM agar revisi undang-undang ini benar-benar mengakomodasi penguatan SDM unggul dan pemberdayaan masyarakat lokal,” tutur Iftitah.
Baca Juga: Banjir Parah di Semarang: 40 Ribu Warga Terdampak, Ratusan Mengungsi
Sementara itu, Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Suharnomo, menegaskan bahwa ilmu pengetahuan harus memberi manfaat langsung bagi masyarakat. “Menjadi guru besar itu penting, tapi lebih penting lagi jika ilmu kita membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Kampus yang baik adalah kampus yang dimanfaatkan masyarakat,” ujarnya.
Prof. Suharnomo menambahkan, Undip terus memperkuat riset terapan di bidang pertanian, pengolahan air, dan energi ramah lingkungan. “Kami siap mendukung pembangunan di berbagai daerah, termasuk penyediaan air bersih di wilayah terpencil seperti kepulauan Cilacap,” jelasnya.
Ia menegaskan komitmen Undip untuk berkontribusi dalam agenda nasional pembangunan transmigrasi. “Undip siap menjadi bagian dari gerakan besar ini. Kami ingin setiap riset dan inovasi kampus membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” pungkasnya.***