Sempat Tenggelam Puluhan Tahun, Trah Sunan Kalijaga Kenalkan Kopi Poro yang Berusia 1 Abad

photo author
- Senin, 28 Agustus 2023 | 18:22 WIB
Suronoto atau abdi dalem Pendopo Notobratan Demak menyangrai kopi yang nantinya dinamai Kopi Poro.  (Dok Zaidi)
Suronoto atau abdi dalem Pendopo Notobratan Demak menyangrai kopi yang nantinya dinamai Kopi Poro. (Dok Zaidi)

DEMAK, AYOSEMARANG.COM - Ahli Waris Sunan Kalijaga memperkenalkan tradisi pembuatan Kopi Poro yang konon sudah ada sejak seratus tahun lalu namun keberadaannya sempat tenggelam oleh zaman.

Semula Kopi Poro tidak disuguhkan ke khalayak, kopi ini khusus dibuat oleh abdi ndalem atau Suronoto Notobratan untuk tamu-tamu besar dan Ahli Waris Sunan Kalijaga. Namun saat ini semua masyarakat bisa mencobanya.

Untuk mengangkat kearifan lokal, tradisi pembuatan Kopi Poro kembali dihadirkan dalam Pasar Ndoro Bei Rangkaian event Catur Sasangka di halaman Pendopo Notobratan, Kadilangu, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak pada Sabtu 26 - Minggu 27 Agustus 2023.

Baca Juga: Demak Bergoyang, Pemkab Suguhkan Hiburan Gratis Pesta Rakyat Pitulasan Meriahkan HUT RI ke 78

Suronoto sekaligus pembuat Kopi Poro, Rikhwan mengatakan, bahwa keberadaan Kopi Poro sudah ada sejak lama, namun baru dikenalkan ke masyarakat sekitar tahun 2002.

Kata Rikhwan, Kopi Poro merupakan kopi khas Demak, namun kopinya diambil dari daerah dataran tinggi seperti Temanggung dan Wonosobo. Sedangkan apa yang membedakan adalah proses pembuatan.

"Yang beda itu pengolahannya, dari sangrai, terus itu serba manual semua, tradisional tidak ada yang mesin, prosesnya itu disangrai sama wajan kuali itu, dari tanah kita sangrai sampai matang, benar-benar matang terus kita tumbuk," ungkapnya.

Ahli Waris Sunan Kalijaga sekaligus Ketua Panitia Catur Sasangka Raden Zulferdi Triharimurti mengatakan, pada awalnya menemukan kopi poro ketika bermain di Pendopo Notobratan.

Baca Juga: Harga Terbaru Samsung A24 Makin Terjangkau, Bawa Prosesor Tangguh yang Siap Libas Mobile Legends

"Pada awalnya saya memang suka kopi ya, terus pas kita lagi di Pendopo Notobratan, terus Suronoto (abdi dalem) bilang, mas kalau ngopi kopi poro saja , kopi yang dulu dibikin mbah-mbah gitu kan," terangnya.

Kopi Poro akronim poro abdi - poro priyayi, yang biasa disajikan di Pendopo Notobratan yang dibuat di Pawon Ageng oleh para abdi ndalem pada era lampau

"Ternyata kopi poro itu dibuat di Pawon Ageng pasa waktu itu oleh para abdi yang memang bertugas membuat wedang, dengan racikan kopi, kelapa dan beras, disangrai dengan wajan tanah liat dan tungku pawon," terangnya.

Triharimurti menyebut, paduan beras, kopi, dan kelapa yang diolah secara tradisional menghasilkan rasa yang gurih di Kopi Poro. Sehingga kearifan lokal seperti ini perlu dihadirkan kembali ke masyarakat.

Baca Juga: Pemerhati PMI: Saya Ajukan Jempol karena Benny Pejabat Pertama yang Live saat Rapat Pimpinan BP2MI

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X