AYOSEMARANG.COM -- Kemarau panjang tahun ini memang sangat dirasakan efeknya bagi semua sektor, mulai dari pertanian, peternakan dan perkebunan.
Dampak secara langsung yang terlihat yakni pada sektor ekonomi juga sangat dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.
Di samping dampak langsung juga ada yang menjadi dampak tak langsung diantaranya adalah menurunnya debit air pada waduk yang difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA.
Baca Juga: Cuaca Panas dan Gerah, Mandikan Burung Perkutut dengan Air Sejuk Ini Biar Moodnya Meningkat!
Salah satu waduk yang menerima dampak dari kemarau panjang kali adalah waduk Gajah Mungkur yang berada di Wonogiri.
Sebagaimana waduk lain yang ada di Indonesia Gajah Mungkur juga mengalami dampak dari kemarau panjang tahun ini, yakni dengan penurunan debit airnya.
Waduk Gajah Mungkur yang saat ini dapat kita saksikan dan mungkin kita juga pernah berwisata kesana, pada awalnya merupakan perkampungan penduduk.
Setelah melalui proses pembebasan tanah dan lain-lain barulah dimulai pembangunan waduk ini pada tahun 1976.
Waduk yang mulai digenangi pada bulan juli 1981 dengan membendung sungai bengawan Solo, dan diresmikan serta mulai dioperasikan pada tanggal 11 November 1981.
Sehingga rumah-rumah, jalan dan semua sarana kampung tersebut pada akhirnya tenggelam dan berubah menjadi danau seperti yang dapat kita lihat saat ini.
Sejak diresmikan waduk ini selain berfungsi sebagai pembangit listrik, juga difungsikan sebagai destinasi wisata hingga saat ini.
Namun rupanya dampak kemarau panjang saat ini sedemikian parah sehingga menurunkan debit air waduk dengan sangat signifikan.