Baca Juga: Indonesia Lolos dari Sanksi Tragedi Kanjuruhan, Kok Bisa? Jokowi Malah Perintah FIFA Lakukan Ini
"Saya telepon pakai HP juga nggak bisa, crowded. Saya minta bantuan Pak Kapolres, saya cari komandan yang ada di situ. Saya minta bantuan untuk segera dikirim ambulans sebanyak-banyaknya, juga tenaga medis," ungkap Abdul.
Setelah itu, Abdul Haris pun menyaksikan bagaimana sejumlah Aremania tergeletak, bahkan beberapa ada yang lebam, tidak bisa bernapas, bahkan ada yang sudah sekarat. Abdul Haris juga sempat memeriksa para Aremania yang sudah tidak bernyawa.
Abdul Haris mengaku sempat meminta dan mencari oksigen untuk membantu para Aremania, tetapi para petugas medis tidak dapat keluar untuk mendapatkan bantuan oksigen.
Hal itu, Abdul Haris pun berinisiatif untuk meminta bantuan kepada tim pengamanan, yang bertujuan semata-mata agar bisa mengevakuasi para korban di pintu 12 dan 13.
"Saya minta atas nama kemanusiaan. Secepatnya saya gedor-gedor di situ, ada beberapa truk Zipur, saya paksa itu dijadikan ambulans dengan durasi waktu yang masih menunggu petunjuk dari komandan. Saya paksa. 'Bapak ini adalah bagian dari rakyat, tolonglah! Ini kemanusiaan, Pak'," ungkapnya.
Abdul Haris mempertanyakan alasan aparat pengamanan menembakkan gas air mata ke pintu-pintu evakuasi Stadion Kanjuruhan saat tragedi terjadi pada Sabtu lalu. Ia pun ragu dengan alasan penembakan itu semata-mata untuk menghalau Aremania supaya tidak masuk ke lapangan.
"Jadi kenapa ditembakkan ke pintu evakuasi, di pintu 12, 13, kenapa? Kenapa di sana? Di sana yang lihat itu adalah keluarga, anak-anak kecil, anak-anak wanita, yang masih umur belia. Mereka bukan suporter murni, mereka adalah keluarga," tambah Abdul.
Ia pun meminta adanya pengusutan usut terkait jenis gas air mata yang dipakai aparat dalam tragedi Kanjuruhan termasuk autopsi terhadap para korban. Menurut kesaksian Abdul Haris, banyak korban yang wajahnya membiru akibat gas air mata ini.*** (Arip Nuraripin)