AYOSEMARANG.COM -– Tragedi Kanjuruhan memang menjadi peristiwa tragis yang memberikan duka mendalam bagi dunia sepak bola.
Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang tersebut, diketahui telah menelan korban dengan jumlah 704 orang tewas.
Tercatat kondisi korban memburuk disebabkan oleh sesak napas, terinjak-injak, sampai luka saat terjadi penumpukan penonton di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Pada saat berlangsungnya tragedi Kanjuruhan ini, salah satu tersangka yang telah ditetapkan Polri yakni Abdul Haris sebagai ketua Panpel Arema FC menyampaikan kesaksiannya.
Baca Juga: Siapa Sosok Pemegang Kunci Pintu Stadion saat Tragedi Kanjuruhan? Ternyata Tak Menjaga Pintu Keluar
Menurut pengamatan Abdul Haris, pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya berjalan tanpa kericuhan.
Pada saat itu, setidaknya ada 250 steward yang berjaga di pintu-pintu stadion maupun sejumlah tempat lainnya. Untuk alur pemain, penempatan media dan para tamu juga sudah tersedia.
Selain itu, semua kelengkapan pun seperti ambulans juga telah disiapkan oleh Panpel Arema FC. Pihaknya telah menyiapkan enam ambulans yang empat di antaranya diletakan di luar sedangkan lainya di dalam stadion.
Baca Juga: Minta Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, Jonathan Cantillana: Sepak Bola Dinikmati Bukan Untuk....
Pada saat melakukan koordinasi dengan Security Officer berinisial SS (tersangka lain), Abdul juga telah meminta yang bersangkutan untuk membuka semua pintu stadion.
Pembukaan pintu tersebut setidaknya harus dilakukan sepuluh menit sebelum pertandingan usai sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Setelah permainan selesai, Panpel melakukan tugas untuk mengevakuasi para pemain baik Arema FC maupun Persebaya Surabaya.
Setelah itu, ia menyaksikan bagaimana pintu-pintu evakuasi yang terletak di pintu 12 dan 13 ditembakkan gas air mata. Situasi ini jelas sudah menimbulkan kepanikan yang luar biasa.