AYOSEMARANG.COM -- Salah satu peristiwa kelam dan bergejolak yakni G30S PKI merupakan peristiwa yang berkaitan dengan ideologi yang terjadi di Indonesia.
Tragedi G30S PKI ini terjadi pada 1965 di mana dalam peristiwa ini terdapat enam jenderal yang menjadi korban dan satu perwira TNI AD.
Korban dalam G30S PKI ini ditemukan dengan mengenaskan di dalam sumur tua yang letaknya di daerah Lubang Buaya.
Diketahui, nama-nama korban dari kekejaman G30S PKI itu diantaranya Jenderal TNI Achmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen Siswondo Parman, Mayjen MT Haryono, Mayjen DI Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomihardjo, serta Letnan Satu Corps Zeni Pierre Andreas Tendean.
Baca Juga: 5 Penyebab Terjadinya G30S PKI Sebenarnya, Pembantaian 7 Jenderal di Lubang Buaya
Peristiwa G30S PKI ini masih menyimpan teka-teki, terutama terkait dengan pertanyaan siapa dalang di balik peristiwa Gerakan 30 September pada 1965 ini.
Simak 7 Teori dalam Kudeta Gerakan 30 September 1965 yang dikutip dari buku Sejarah Indonesia: Kelas 12 SMA/K MA/MAK karya Abdurakhman, Arif Pradono, Linda Sunarti dan Susanto Zuhdi; terbitan Kemdikbud tahun 2018 Edisi Revisi.
1. G30 S merupakan persoalan internal Angkatan Darat (AD)
Dalam teori ini dikemukakan oleh Ben Anderson, WF Wertheim, dan Coen Hotsapel yang mengatakan terkait adanya persoalan internal di kalangan AD menyebabkan terjadinya peristiwa G30 S PKI ini.
Teori ini berdasarkan pada pernyataan pemimpin Gerakan, yakni Letnal Kolonel Untung yang mengatakan bahwa para pemimpin AD hidup bermewah-mewahan dan memperkaya diri oleh karena itu terjadilah pencemaran nama baik AD.
Baca Juga: Terungkap Dalang Sebenarnya Peristiwa Berdarah G30S PKI, Sosok Ini Jadi Sorotan
Tetapi, pendapat itu bertentangan dengan kenyataan yang ada. Seperti, Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal Nasution, yang menjalani hidupnya dengan kesederhanaan.
2.Dalang G 30 S adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA)
Selanjutnya, teori ini berdasarkan pada tulisan Peter Dale Scott atau Geoffrey Robinson. Gencarnya PKI menanamkan pengaruh di negara Indonesia pada masa itu membuat AS khawatir terkait Indonesia akan jatuh ke tangan komunis.
