Kenapa Anak-Anak Suka Makanan Manis? Ini Alasan Ilmiah dan Bahaya Gula Berlebih bagi Kesehatan Anak

photo author
- Minggu, 18 Mei 2025 | 16:53 WIB
Ilustrasi anak suka makan dan minuman manis (Meta)
Ilustrasi anak suka makan dan minuman manis (Meta)

AYOSEMARANG.COM -- Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana anak-anak begitu antusias ketika melihat permen warna-warni, es krim yang menggoda, atau kue dengan topping menarik? Seolah-olah makanan manis adalah "harta karun" yang tidak bisa mereka tolak. Fenomena ini sangat umum terjadi, bahkan hampir semua orang tua pernah mengalami tantangan dalam membatasi konsumsi makanan manis pada anak-anak mereka.

Rasa manis memang memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Banyak dari mereka yang bahkan lebih senang makan permen daripada makan nasi atau sayuran. Tak jarang, anak-anak juga rewel atau ngambek jika keinginannya untuk menyantap makanan manis tidak dituruti. Kebiasaan ini, walaupun terlihat sepele, bisa menjadi awal dari kebiasaan makan yang kurang sehat dan memicu berbagai masalah kesehatan di masa depan.

Kenapa anak-anak begitu menyukai makanan manis? Apakah ini hanya sekadar masalah selera, atau ada penjelasan ilmiah yang mendalam di baliknya? Apa pula dampak jangka panjang dari konsumsi gula yang berlebihan sejak usia dini? Artikel ini akan membahas secara tuntas alasan biologis dan psikologis mengapa anak-anak menyukai makanan manis, serta berbagai bahaya kesehatan yang dapat mengintai jika kebiasaan ini tidak dikendalikan dengan bijak.

Baca Juga: 7 HP Baterai Tahan Lama Terbaik 2025, Lengkap dengan Teknologi Fast Charging dan Harganya Murah

Alasan Mengapa Anak-Anak Menyukai Makanan Manis

1. Faktor biologis

Sejak bayi, manusia memang secara alami menyukai rasa manis. ASI, sebagai asupan pertama bayi, mengandung laktosa yang memberi rasa manis alami. Ini menciptakan asosiasi positif bahwa rasa manis adalah rasa yang aman dan menenangkan. Rasa manis juga menandakan bahwa makanan tersebut mengandung energi, sesuatu yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh.

2. Respons otak terhadap gula

Ketika anak mengonsumsi makanan manis, otak melepaskan dopamin, zat kimia yang menciptakan perasaan senang dan puas. Inilah yang membuat anak ingin mengulang pengalaman menyenangkan tersebut. Semakin sering makan makanan manis, semakin kuat dorongan untuk mengonsumsinya lagi.

3. Pengaruh lingkungan dan kebiasaan

Anak-anak mudah sekali meniru dan menerima pengaruh dari sekitar. Iklan makanan manis di televisi, teman yang membawa bekal penuh camilan, hingga kebiasaan orang tua yang menjadikan makanan manis sebagai hadiah atau bentuk pujian, semuanya turut memperkuat kecintaan anak terhadap rasa manis.

Baca Juga: Cara Jitu Ajukan KUR BRI 2025 agar Cepat Disetujui, Modal Usaha Cair dengan Bunga Mulai 3%

4. Kurangnya kesadaran tentang gizi

Anak-anak belum memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari makanan yang mereka konsumsi. Mereka cenderung memilih makanan berdasarkan rasa, warna, dan penampilan. Makanan manis, yang biasanya berwarna cerah dan memiliki rasa yang menyenangkan, tentu lebih menarik dibandingkan makanan sehat yang cenderung tawar atau hambar di lidah mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X