Pentaskan Where the Cross is Made, Teater Gema UPGRIS Singgung Obsesi Ayah yang Berlebihan

photo author
- Jumat, 6 Desember 2024 | 16:37 WIB
Pementasan Where the Cross is Made oleh Teater Gema UPGRIS. Cerita ini menyinggung isu ayah yang obsesif. (Teater Gema)
Pementasan Where the Cross is Made oleh Teater Gema UPGRIS. Cerita ini menyinggung isu ayah yang obsesif. (Teater Gema)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Teater Gema Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menyajikan pertunjukan teater dengan naskah Where the Cross is Made karya Eugene O’Neill di Gedung Balairung UPGRIS, Kamis 5 Desember 2024.

Pertunjukan berdurasi 90 menit ini disutradarai oleh Afrian Baskoro. Naskah berbahasa Inggris terbitan 1923 itu diterjemahkan oleh asisten sutradara, Kartikawati.

Pementasan ini memukau 1.000 penonton dari berbagai elemen. Mulai pelajar, mahasiswa, guru, pelaku teater hingga masyarakat umum dari dalam, dan luar Kota Semarang.

Suguhan setting rumah berbentuk kapal besar cukup mengesankan. Empat aktor dengan karakter kuat masing-masing mengajak penonton larut dalam suasana.

Baca Juga: Era Digital, Guru SDN Mranggen 2 Antusias Belajar Multimedia Bersama Dosen UPGRIS

Masa lalu kelam yang dialami Nat Bartlett membuatnya tumbuh menjadi lelaki yang penuh dan keraguan pesimisme.

Dia terbelenggu dalam bayang- bayang obsesi ayahnya sendiri, Kapten Isaiah Bartlett yang telah pensiun dan menjadi gila.

Jejak waktu terhenti saat Marry Allen karam bersama harta karun dan seluruh awak kapalnya. Naskah drama satu babak ini berkisah pengalaman tentang traumatis berpadu dengan garis kabur antara kenyataan dan ilusi.

"Pentas produksi akhir tahun ini mengangkat isu yang merespon fenomena sosial di masyarakat, yaitu parenting, dan dampak psikologis anak atas pola asuh orang tua yang obsesif," kata sang sutradara Baskoro.

Baca Juga: Prospek Kerja Lulusan Teknik Nuklir UGM: Jurusan Kuliah yang Berpeluang Besar Berkarier di Luar Negeri

Berangkat dari kegelisahan mengenai generasi saat ini, Baskoro memilih naskah kawak, tetapi yang dapat diterima oleh generasi saat ini karena masih punya relevansi dengan masyarakat zaman sekarang.

"Harapannya dengan mengangkat isu pendidikan orang tua ke anak ini, masyarakat lebih berhati-hati dalam menanamkan nilai-nilai ke anaknya, jangan sampai anak-anak mengalami pengalaman traumatis seperti yang dialami tokoh Nat," ujar Baskoro.

Pentas ini melibatkan berbagai pihak, salah satunya, yaitu seorang guru, dan juga ayah dari Kabupaten Kendal bernama Akhmad Sofyan Hadi alias Ian. Dia memerankan sosok Captain Isaiah Bartlett yang terobsesi melebihi batas.

Sebuah kehormatan baginya bisa ikut andil menjadi aktor dalam pentas ini Harapannya pentas ini mampu meneror siapa saja yang menyaksikan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X