SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Di jantung Dusun Dangkel, Desa Banyubiru, Kabupaten Semarang, tradisi pengolahan nira aren menjadi gula aren telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat. Proses ini tidak hanya melibatkan keterampilan yang diwariskan turun-temurun tetapi juga menggabungkan teknik-teknik cermat untuk memastikan kualitas gula aren yang dihasilkan.
Seiring dengan upaya Pusat Pengembangan Kreativitas (PPK) Organisasi Mahasiswa Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) dalam melakukan rebranding produk. Melalui rebranding ini bisa melihat bagaimana tradisi ini dipadukan dengan inovasi modern untuk meningkatkan potensi ekonomi lokal.
Pengolahan nira, cairan manis yang diperoleh dari batang pohon aren, menjadi gula aren adalah pekerjaan yang memerlukan ketelitian. Proses ini dimulai dengan pengumpulan nira yang memerlukan waktu dan tenaga.
Setiap hari, satu pohon aren di sekitar desa dapat menghasilkan nira sekitar 5 sampai 10 liter. Setelah pengumpulan, nira dimasak dalam pawon, sebuah dapur tradisional yang menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi.
Salah satu tantangan utama dalam pengolahan ini adalah konsumsi energi. Untuk menghasilkan satu kilogram gula aren, diperlukan sekitar 12 batang kayu kering. Konsumsi kayu yang besar ini menunjukkan intensitas energi yang diperlukan selama proses memasak, yang bisa berlangsung antara 3 hingga 5 jam, tergantung pada kualitas nira dan kadar airnya.
Volume nira yang dimatangkan juga mempengaruhi hasil akhir gula aren. Idealnya, nira yang dimatangkan sebaiknya tidak melebihi 15 liter dalam satu proses, karena melebihi jumlah ini dapat menyebabkan ketidakmerataan dalam hasil akhir gula.
Selama proses memasak, penting untuk menjaga api agar tidak terlalu besar, agar bagian bawah nira tidak hangus sementara lapisan atas tetap terkena panas merata.
Setelah nira mulai mengental, proses pencetakan dimulai. Nira harus segera dipindahkan ke luar pawon dan diaduk untuk mencegah pengerasan sebelum dicetak. Cetakan yang digunakan dapat menampung sekitar satu kilogram nira yang permukaannya perlu diolesi dengan sedikit minyak untuk mencegah lengket. Nira kental harus segera dituangkan ke dalam cetakan, karena jika terlalu lama dibiarkan dapat membuat hasil yang tidak halus.
Beberapa produsen juga menambahkan tela pohong atau kimpul untuk meningkatkan aroma gula aren. Namun, penambahan bahan ini dapat mempengaruhi kualitas akhir gula aren. Selain itu, nira yang diambil pada pagi hari biasanya memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan nira yang diambil pada sore hari, karena paparan matahari langsung dapat mempengaruhi kualitas nira.
Dengan mempertimbangkan kekayaan tradisi ini, PPK ORMAWA UPGRIS meluncurkan program rebranding gula aren untuk meningkatkan daya saing produk di pasar.
Langkah-langkah yang diambil meliputi: Peningkatan Kualitas Produk: Fokus utama rebranding adalah meningkatkan kualitas gula aren yang dihasilkan. Tim PPK ORMAWA UPGRIS bekerja sama dengan pengrajin gula aren lokal untuk memperkenalkan teknik pemrosesan yang lebih modern dan higienis. Ini termasuk pelatihan tentang cara pengolahan yang lebih efisien serta menjaga kebersihan selama proses produksi.
Desain Kemasan Baru: Desain kemasan gula aren juga mengalami perubahan signifikan untuk menarik perhatian pasar yang lebih luas. Desain baru yang lebih menarik dan informatif bertujuan memberikan kesan premium dan membedakan produk Banyubiru dari produk sejenis di pasaran. Kemasan yang ramah lingkungan juga menjadi salah satu pertimbangan.
Pemasaran dan Branding: PPK ORMAWA UPGRIS meluncurkan strategi pemasaran yang lebih agresif dan terencana, termasuk penggunaan media sosial, kampanye digital, dan kolaborasi dengan influencer kuliner. Mereka juga berpartisipasi dalam pameran-pameran lokal dan nasional untuk meningkatkan visibilitas produk.
Pendidikan dan Pelatihan: Pelatihan untuk para petani dan pengrajin gula aren meliputi teknik produksi, manajemen usaha, pemasaran, dan strategi penjualan. Dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, diharapkan mereka dapat lebih mandiri dan berdaya saing.