SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Meskipun bercorak Tiongho, Kelenteng Sio Hok Bio yang berlokasi di Pecinan Semarang atau di jalan Wotgandul punya satu tradisi yang mengangkat dari kebudayaan Jawa.
Pengurus Kelenteng Sio Hok Bio di Pecinan Semarang, Haryanto, menyebut jika saban tahun sebetulnya di tempatnya mengabdikan diri itu selalu mengadakan pertunjukan wayang kulit.
"Tepatnya di tengah-tengah tahun sekitar bulan 8 atau 7," ujar Haryanto saat ditemui di Kelenteng Sio Hok Bio di Pecinan Semarang.
Baca Juga: KPK Panggil Sejumlah Pejabat Pemkot Semarang Kemarin, Ini Daftar Nama-namanya
Haryanto menjelaskan jika pagelaran wayang kulit itu merupakan asimilasi kebudayaan. Itulah mengapa Kelenteng Sio Hok Bio sering mengadakan pertunjukan wayang kulit.
"Wayang kulit juga mengandung banyak kebaikan. Pertunjukan ini bisa dilihat secara normal dan spritual," ungkapnya.
Namun semenjak pandemi melanda, pertunjukan wayang itu kini sudah tak digelar kembali.
Pertunjukan wayang kulit oleh Kelenteng Sio Hok Bio juga diperkuat oleh buku Bambang Iss Wirya yang berjudul Langit Pecinan.
Baca Juga: Ade Bhakti Dipanggil KPK? Postingan Terbaru di Instagram Jadi Sorotan
Kata Bambang akulturasi terjadi secara natural di Pecinan Semarang. Salah satunya ialah pementasan wayang kulit di kelenteng Siu Hok Bio semalam suntuk.
Beberapa Dalang Kondang pun juga pernah menghibur masyarakat Tionghoa dan Jawa yang ada di sana.
Seperti Ki Joko Edan dari Semarang. Dan di 2017 digelar Wayang kulit dengan lakon Begawan Lumana dan Dalang Ki Sigit Ariyanto dari Rembang.
Lakon tersebut menceritakan pentingnya kerukunan dalam hidup saling berdampingan.
Baca Juga: Bukan Tay Kak Sie, Ini Kelenteng Tertua di Pecinaan Semarang, Lokasinya Dekat Pasar Gang Baru