Asal-usul Slompret Kematian di Semarang Simbol Sangkakala Kiamat, Diduga Sejak Zaman Belanda

photo author
- Rabu, 20 Maret 2024 | 13:20 WIB
Slompret Kematian di Semarang sebagai gambaran sangkakala kiamat, diperkirakan sudah ada sejak zaman Belanda.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Slompret Kematian di Semarang sebagai gambaran sangkakala kiamat, diperkirakan sudah ada sejak zaman Belanda. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Meskipun tidak modern, beberapa kampung di Semarang ternyata masih mempertahankan slompret kematian.

Slompret kematian di Semarang adalah pengabar berita duka atau tepatnya orang meninggal yang disampaikan lewat bunyi terompet.

Dari berbagai sumber dan data yang tersebar di sosial media, slompret kematian bentuknya seperti gramofon, namun ada juga yang sudah berganti dengan lebih kecil.

Sejarawan Semarang Rukardi Ahmadi dalam bukunya "Remah-remah Kisah Semarang" memaparkan jika di Semarang slompret Kkematian adalah sebuah tradisi yang tidak ada di tempat lain.

Baca Juga: Kisah Misterius Slompret Kematian di Semarang, Jadi Pertanda Ada Berita Duka di Kampung

Kalau adapun, di tempat lain pada masa-masa lampau menggunakan kentongan, bukan slompret atau terompet

Kemudian sebagai Sejarawan, Rukardi mengakui jika dia belum tahu secara jelas kapan slompret kematian itu muncul.

"Untuk mencari akar tradisi Slompret Kematian tidaklah gampang. Hampir tidak ada referensi sahih yang bisa menjelaskan. Para tetua kampung hanya bisa menerangkan bahwa tradisi itu sudah dilakukan sejak lama. Sejak kapak? Sedari mereka kecil," jelas Rukardi.

Meski demikian, Rukardi menduga tradisi pengkabar kematian dengan menggunakan terompet itu ada sejak zaman Belanda. Seban terompet adalah alat musik tiup produk budaya Barat.

Baca Juga: Viral Aksi Kekerasan Pria kepada Wanita di Semarang, Pihak Keluarga Minta Polisi Tangkap Pelaku

Menurutnya terompet dipilih untuk mengkabarkan kematian karena suaranya yang lantang bisa lebih menjangkau telinga masyarakat.

"Suara terompet yang melengking bisa didengar dari jarak jauh. Terlebih suasana kampung di Semarang pada masa lalu tidak seberisik sekarang," tambahnya.

Selain itu Rukardi menambahkan, Slompret bisa juga punya representasi dari terompet sangkakala Malaikat Isrofil.

"Keduanya menjadi penanda peristiwa kiamat kecil dan kiamat besar. Kiamat kecil untuk peristiwa kematian dan kiamat besar untuk kehancuran alam semesta dan seisinya," jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X