Setelah telpon itu, korban ke RS Wongsonegoro dikarenakan ada tugas lain. Saat di sini korban terkejut dan syok, pasalnya handphone miliknya muncul notifikasi berkali-kali tidak sampai hitungan menit terkait aktivitas penarikan uang di dalam tabungan Bank Mandiri dan Bank Jateng.
"Saat di RSWN itu, hp ku sudah balik normal ke WA. ketahuannya disitu, hujan gede gitu. Saya udah panik, loh kok ada notifikasi debet. Saya buka, loh kok duitku berkurang. Padahal aku sehari itu enggak transaksi sama sekali," tegasnya.
Alhasil, korban menghubungi rekannya yang bekerja di Bank Jateng untuk menanyakan kaitannya adanya aktivitas penarikan melalui online yang tak diketahui orangnya. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata uang milik korban sudah terkuras habis.
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 5 Halaman 31: How Much is... - Buku Kurikulum Merdeka
"Setelah dicek sudah tidak ada saldonya. Uangnya sudah nggak ada, disisain cuma Rp 2 juta. Aku rasanya tidak bisa apa-apa. Yang hilang di BPD Rp 199 juta. Kalau yang Mandiri Rp 7 juta beberapa, tidak sampai Rp 10 juta," katanya sambil menangis.
S mengungkapkan, meski bekerja di pemerintahan, namun dua masih non ASN. Semua uang tadi adalah hasil dari dia bekerja dan membuka usaha catering selama bertahun-tahun.
"Saya non ASN, juga usaha catering menerima pesanan masakan. Saya tabung di Bank, mikir saya kan aman kalau di Bank," terangnya.
Hari itu juga usai terkena penipuan, dia menuju kantor kepolisian untuk melakukan pelaporan. Mulai dari Polsek Semarang jajaran Polrestabes Semarang, hingga ke Polda Jateng, dan akhirnya ke Cyber Polda Jateng.
"Itu hujan basah kuyup basah semua. Terus ke Siber, ke Polda Jateng malam itu juga. Saya juga sudah konfirmasi ke Dispendukcapil, ternyata tidak ada nama orang itu (Safira)," katanya.
Korban juga mengapresiasi gerak cepat Dispendukcapil yang menemui dan mendatangi korban di rumahnya di Kecamatan Tembalang memberikan klarifikasi.
Kejadian ini, korban mengatakan dari penyampaian Dispendukcapil ternyata diduga juga ada korban lainnya sama yang dialaminya.
Baca Juga: 8 Jurusan Kuliah Favorit di Universitas Indonesia, Mana yang Jadi Pilihanmu?
"Dispendukcapil juga minta maaf dan menyampaikan kalau aplikasi ini bukan dari kami (Dispendukcapil). Mereka juga menyebutkan, ada kasus ini juga di Surabaya, Malang, Kalimantan. Terus di Semarang mungkin baru saya atau ada lagi, kurang rahu," ujarnya.
Maka S pun berharap polisi bisa mendalami kasus ini. Kemudian pelaku dapat terungkap dan uang ratusan juta tesebut dapat kembali. Selain itu, pihak perbankan juga lebih memperketat jumlah transaksi pengambilan sesuai batas maksimal.
"Harapan ada perlindungan keamanan untuk tabungan nasabah, dan untuk Polda pelaku bisa tertangkap secepatnya. Sehingga tidak ada korban-korban lagi. Masyarakat juga selalu waspada dan hati hati," pungkasnya.