Setelah matang, Bubur India bisa disajikan dengan bermacam lauk dan sayuran seperti sambal goreng ati, sambal goreng ayam, kare, atau gulai. Kemudian ada juga telur rebus di atasnya.
Dalam satu kali memasak, Masjid Pekojan bisa menghidangkan 200 mangkok untuk berbuka puasa.
Saat dihidangkan untuk menu berbuka, biasanya ditambahi minuman berupa teh atau susu. Dulu ada air zam-zam, tapi karena pasokannya disetop oleh Pemerintah Arab Saudi, maka digantikan dengan susu.
Kendati sudah cukup teliti, Sirin kerapkali mendapat kritik dari beberapa orang. Ada yang bilang masakannya berbeda dengan buatan Ahmad Ali.
"Tapi tidak masalah, itu biasa. Yang bilang lebih enak juga banyak. Yang paling penting bubur ini tidak berhenti tersaji," ucapnya.
Setelah mengaduknya dalam tiga jam, bubur pun matang. Sirin mendiamkan bubur sebentar dan berganti kegiatan untuk menyiapkan sholat ashar. Usai melaksanakan sholat ashar, dia kembali ke dapur untuk menghidangkan Bubur India. Di momen ini Sirin tidak bersama Zaldin lagi, dia kini dibantu oleh beberapa takmir masjid yang mulai berdatangan.
Baca Juga: 8 Manfaat Air Kelapa untuk Berbuka Puasa, Badan Sehat dan Segar
Kemudian di saat bersamaan, anak-anak berlarian, warga sekitar pun juga tiba. Mereka yang datang membawa satu barang yang sama, yakni sebuah tempat perbekalan untuk menampung bubur. Selain untuk hidangan berbuka puasa, banyak juga yang minta Bubur India.
Selain terus menjaga sajian Bubur India, Sirin juga punya tanggung jawab untuk terus melestarikan. Itulah mengapa dia menggaet Zaldin yang lupa memasukan bawang tadi. Dia sadar tidak akan abadi, maka seperti yang dilakukan Ahmad Ali kepadanya, dia juga wajib mengkader anak muda.
"Sampai kapanpun bubur ini harus terus dihidangkan karena sudah menjadi identitas Masjid Pekojan, dan identitas orang Khoja di Semarang," pungkasnya.