"Tidak apa-apa. Yang penting anak-anak muda harus tahu warisan kuliner ini," sambungnya.
Jongkie juga menawari saya minum. Saya minta teh saja tapi ditolak Jongkie.
"Ah, kalau teh jangan ke restoran," tegurnya. Dia menawarkan berbagai minuman klasik seperti Es Cao Pecinan dan Es Hopjes peninggalan Belanda.
Namun saya datang bukan sebagai food vlogger. Alhasil saya tetap sungkan dan pesan Americano saja. Jongkie menuruti, tapi dia sendiri yang malah pesan teh.
Baca Juga: 2 Cara Cek NISN Online untuk Pendaftaran KIP Kuliah 2025
Lontong Cap Go Meh pun datang, Jongkie lalu mempersilakan makan. Jongkie kembali mengenalkan apa itu Lontong Cap Go Meh.
Menurut Jongkie yang membedakan Lontong Cap Go Meh dengan lontong lain adalah 12 komponennya yakni berisi lontong, sayur rebung, sayur terong, sambal goreng ati, sambal goreng tahu, suwiran ayam, abing, docang, bubuk kedelai, kuah opor, dan kerupuk udang.
"Kalau mau makan kamu harus mencampurnya," kata Jongkie.
Saya pun ikut mengaduk seperti apa yang diperintah oleh Jongkie. Rasanya betul berbeda dari lontong biasa. Kuahnya terkesan lebih padat dari lontong biasa dan manis. Mungkin gara-gara ada abing, docang dan bubuk kedelai. Ketika kami sama-sama makan, Jongkie kembali menanyakan saya dari media mana dan kuliah di mana. Saya menjawabnya lagi.
Sebagaimana yang tersaji tadi, Lontong Cap Go Meh dapat disimpulkan akulturasi Jawa Tionghoa. Jongkie menyebut sebetulnya, orang-orang Tionghoa mengadopsi tradisi lokal, yakni ketika Syawalan yang digelar seminggu setelah lebaran. Cap Go Meh pun sama, digelar seminggu setelah Imlek.
Baca Juga: Prediksi Nilai Rata-rata SNBP Unimed 2025: Masuk 2 Prodi Ini Diperkirakan Butuh Nilai Nyaris 94
"Jadi biar semua umat merasakan Hari Raya Orang Tionghoa," sambungnya.
Usai makan Lontong Cap Go Meh, Jongkie meminum tehnya. Lalu dia kembali menanyakan hal yang sama, saya kuliah di mana. Saya hampir mau bilang jika dia sudah menanyakan itu berulang kali, namun ternyata pertanyaannya berdasar.
"Saya juga Undip, Hukum. Tapi tidak lulus," katanya.