semarang-raya

Derita Warga di Tengah Banjir Semarang: Nasi Sebungkus untuk Sekeluarga, LPG Sulit dan Harganya Mahal

Jumat, 31 Oktober 2025 | 15:21 WIB
Warga Kaligawe Semarang saat mencari Gas LPG. Gas LPG harganya ikut melonjak naik karena langka di tengah banjir Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Banjir yang tak kunjung surut di kawasan Kaligawe, Kota Semarang, tak hanya melumpuhkan aktivitas warga tetapi juga menimbulkan tekanan ekonomi.

Harga bahan pokok melonjak, gas elpiji langka, sementara banyak warga terpaksa berhenti bekerja karena akses jalan terendam.

Salah satu warga Kampung Pondok, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kundarsih (50), mengatakan sudah sepuluh hari rumahnya terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. Selama itu pula, ia harus berhemat untuk bertahan hidup.

“Di rumah saya banjirnya selutut dari Rabu minggu lalu belum surut, kemarin malah tambah besar,” ujarnya, Jumat 31 Oktober 2025.

Baca Juga: BNPB Percepat Surutnya Banjir Semarang: Pastikan Pompa Tenggang Maksimal, Tambah Operasi Modifikasi Cuaca

Selama terjebak banjir, Kundarsih mengaku hanya mendapat bantuan satu bungkus nasi yang harus dibagi untuk empat anggota keluarga. Bantuan itu pun tak datang setiap hari.

“Bantuannya nasi bungkus, satu keluarga satu bungkus. Isinya nasi, kering tempe, mi, telur. Kadang dua hari sekali dapatnya,” ungkapnya.

Ia menyebut harga gas elpiji naik dua kali lipat menjadi Rp25 ribu per tabung sejak banjir melanda. Kelangkaan pasokan membuat warga kesulitan memasak.

“Gas ini langka, pangkalan nggak dikirimi. Katanya yang mensuplai nggak mau lewat karena kena banjir,” katanya.

Baca Juga: Ingin Jadi PNS Lebih Cepat? Ini Jurusan Kuliah yang Paling Dibutuhkan Pemerintah

Tak hanya gas, harga sayur di wilayah terdampak juga meroket. Kundarsih harus berjalan kaki sekitar dua kilometer menuju Pasar Barito untuk mendapatkan harga yang lebih murah.

“Masak harus hemat sehemat-hematnya. Di kampung harga naik dua kali lipat, jadi saya belanja di pasar. Saya jalan kaki, takutnya kalau hujan lagi tambah tinggi,” katanya.

Warga lainnya, Yati (67), mengalami hal serupa. Ia bahkan harus menuntun sepedanya sejauh dua kilometer hanya untuk mencari gas elpiji.

“Saya rumahnya di ujung, ini mau beli gas katanya ada di SPBU, jadi saya ke sini,” tuturnya.

Halaman:

Tags

Terkini