Baca Juga: Pekan Depan, UPGRIS Mulai Gelar Kuliah Tatap Muka
Dalam sekali masak, Juwarti bisa membuat sebanyak 80 Kupat Jembut. Biasanya dia juga sempat mendapat pesanan.
Namun belakangan dikarenakan pandemi, belum ada lagi yang meminta.
“Setelah kupat matang, lalu tengahnya dibelah. Setelah dibelah dimasuki tauge dan sayur-sayuran yang diurapi dengan sambal kelapa. Atau ya bisa disebut dengan gudangan,” jelasnya.
Berbeda dengan kupat, gudangan dalam hal ini dibuat secara dadakan.
Sebab sambal parutan kelapa sebagai bumbu tidak bisa dibuat dalam waktu yang lama. Jika dipaksakan maka akan basi.
Juwarti juga membeberkan jika warganya belum banyak yang bisa membuat kupat.
Baca Juga: Kecelakaan Semarang Hari Ini, Wanita Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Kereta Api di Pedurungan
Dia pun berharap bisa terus sehat agar bisa terus memasak dan melestarikan tradisi ini.
“Semoga masih ada yang mau belajar dan meneruskan,” pungkasnya.