Biasanya ndhas digunakan untuk menyebut kepala binatang namun dalam bahasa Semarangan tidak.
Ndhas dalam bahasa semarangan seringkali dipakai untuk menyebut kepala orang. Penyebutan ini dipakai dalam ragam ngoko para pengucap kepada seseorang yang usianya sebaya atau teman dekat.
Sementara untuk lebih halusnya orang Semarang suka memakai sirah.
“Sementara untuk krama inggil, orang Semarang suka memakai sirahipun,” kata Hartono.
Selain ndhas yang seharusnya digunakan untuk menyebut hewan namun tidak demikian dalam bahasa semarangan, begitupula berlaku untuk organ yang lain misalnya mata dan mulut.
Kalau mata dalam bahasa Jawa penyebutannya dibagi menjadi 4 jenis yakni mata, paninggal dan soca, namun dalam bahasa semarangan yang digunakan adalah mata saja, baik itu untuk menyebut manusia atau bianatang.
Selain mata, mungkin penyebutan tanpa sekat antara manusia dan hewan itu juga berlaku untuk mulut.
Dalam bahasa semarangan sebutan mulut terdiri dari cocot, conggros dan tutuk.
Kekhasan penyebutan organ tubuh tadi juga digunakan orang Semarang untuk pengungkapan populer.
Baca Juga: 6 Cara Menghilangkan Bau Badan, Mudah Diterapkan
Misalnya pecah ndase (pusing, kehabisan akal), cekelan sirah (berpikir keras), lambe tipis (ceriwis/ banyak bicara), lambene suwek (umpatan kasar), lalu juga seperti matane ijo (mata duitan).
Inilah kosakata dialek semarangan yang bisa Anda ketahui artinya.
- logro : ukuran terlalu besar (baju, celana)
- madhani : menyamakan, mengejek
- maju mundur : ragu-ragu
- mak : panggilan ibu, sekonyong-konyong
- mak byak : sekonyong-konyong terbuka
- malak : selalu minta bagian lebih banyak
- malang : melintang, menghalangi jalan
- malang migung : tak beraturan
- males : malas, tak berniat
- malih : berubah
Baca Juga: Wajib Cicipi Deh, Ini 5 Rekomendasi Kuliner Nasi Goreng di Semarang, Pedas Lebih Nikmat
itulah tadi sejumlah kosakata dialek semarangan yang bisa Anda ketahui. Semoga bermanfaat.
