"Biasanya saya sama suami, namanya Rakidi. Dia sudah 80-an, fisiknya dah nggak terlalu kuat, jadi saya yang menjalankan saja," katanya.
Sekali menyebrang, tarif perahu ini tentu saja sangat murah dengan Rp2 ribu. Namun meski demikian, banyak juga yang memberi lebih dari itu.
Baca Juga: Vario Diseruduk Truk di Bangjo Terminal Mangkang, Pegawai Indomaret Tewas
Sutini mengungkapkan, dari tahun ke tahun, pendapatan yang dia dapat cenderung menurun. Saban hari, uang yang dia dapat sekitar Rp50 ribu, syukur-syukur kalau ramai sampai Rp100 ribu, meskipun jarang-jarang.
"Itupun masih dibagi dua dengan pemilik kapal," katanya.
Perahu penyeberangan di Kali Semarang ini awalnya ada tiga, namun saat ini hanya tersisa dua. Selain Sutini tadi, pemilik perahu yang lainnya bernama Rahmadan (51).
Saat ditemui, Rahmadan menyambut dengan ramah. Begitu ngobrol, aksen yang dia sampaikan tidak akrab bagi orang Semarang. Ternyata, kemudian dia mengaku jika punya darah Bugis.
Baca Juga: Burung Perkutut Peliharaan Kamu Stres dan Tak Mau Berkicau? Coba Letakkan Ini di Sangkarnya
Berbeda dengan Sutini, perahu yang dijalankan Rahmadan miliknya sendiri. Hanya dia bercerita, kalau sedang dapat pekerjaan di bidang proyek, dia menyerahkan ke orang lain.
"Sama juga, hasilnya dibagi berdua," katanya.
Rahmadan secara rinci lalu mengungkapkan jika perahunya ini dirintis sejak bapaknya.
"Dulu rata-rata kan warga banyak yang nelayan. Karena ada kapal yang tidak terpakai, akhirnya kami gunakan untuk jasa di sini saja. Kapal di sini memang sengaja dimodifikasi untuk penyebrangan dan dibuat dari kayu jati dan ulin," katanya.
Rahmadan pribadi mengakui jika pekerjaan perahu penyeberangan ini tidak menghasilkan banyak uang.