BATANG, AYOSEMARANG.COM - Suasana panas mewarnai debat perdana Pilkada Batang 2024 yang berlangsung pada Jumat, 25 Oktober 2024 lalu dan memicu perhatian serius dari Bawaslu Kabupaten Batang.
Kericuhan yang melibatkan saling dorong dan adu mulut antara pendukung pasangan calon menjadi sorotan, mendorong Bawaslu untuk mempertimbangkan opsi pemindahan lokasi debat ke luar daerah demi menjaga ketertiban dan keamanan acara.
“Masih kita kaji terkait itu (pemindahan lokasi debat di luar daerah),” ujar Ketua Bawaslu Kabupaten Batang, Mahbrur, dengan nada tegas saat mengungkapkan langkah antisipatif yang sedang dipertimbangkan.
Baca Juga: Drumband Semarakkan HUT ke-22 TK Negeri Pembina Batang, Anak-Anak Belajar Mandiri Lewat Program P5
Kericuhan dalam debat kali ini, yang diwarnai oleh teriakan yel-yel dan sindiran antar pendukung pasangan calon, menodai tujuan utama debat sebagai wadah adu gagasan dan visi-misi. Gesekan di akhir debat tak terhindarkan, dengan adu mulut dan aksi saling dorong antar pendukung.
“Debat itu adu visi-misi, bukan adu yel-yel. Itu yang penting,” jelas Mahbrur, menegaskan bahwa esensi debat tidak seharusnya tercemar oleh persaingan emosional antar pendukung.
Mahbrur mengakui bahwa kericuhan sebagian besar dipicu oleh yel-yel dan sindiran yang bersautan selama debat.
Meski pihaknya telah menginstruksikan moderator untuk menjaga situasi kondusif, suasana debat tetap memanas akibat teriakan isu-isu sensitif dari kedua kubu pendukung.
Baca Juga: Media Diperlukan sebagai Garda Depan Penjaga Kualitas Demokrasi Pilkada Batang
Bawaslu pun mengingatkan bahwa yel-yel seharusnya dilakukan secara bergantian, bukan saling saut.
“Bawaslu sudah beberapa kali mengingatkan moderator, kunci di debat itu yang mengatur ritme dan manajemennya adalah moderator,” tambah Mahbrur, menggarisbawahi pentingnya ketegasan moderator dalam mengendalikan jalannya acara agar tidak mengarah pada kericuhan.
Selain itu, Mahbrur menyebut jumlah audiens yang hadir perlu dievaluasi. Menurutnya, audiens yang terlalu besar memberikan potensi gesekan lebih tinggi.
“Kalau kemarin 100 orang, mungkin harus kita perkecil lagi, khususnya untuk tim pemenangan,” katanya, menandaskan bahwa pengurangan jumlah penonton bisa menjadi solusi untuk menekan potensi kericuhan di debat-debat selanjutnya.
Baca Juga: Sumpah Pemuda Jadi Ajang Edukasi Politik Gen Z di Batang